Mohon tunggu...
Septi Marlina
Septi Marlina Mohon Tunggu... Human Resources - belia masa kini

Be the flame not the moth

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sindir AHY "Politikus Rantang", Misbakhun Benar-benar Miss (Keliru)

26 Juli 2018   18:06 Diperbarui: 26 Juli 2018   18:23 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sindiran politikus Partai Golkar M. Misbakhun yang diduga ditujukan kepada kader muda partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah pernyataan seorang pandir dan tak berperasaan. Seolah-olah sindiran ini semakin mengindentikan Misbakhun dengan namanya sendiri, yakni Miss (keliru)

Ada dua pokok yang membuat sindiran Misbakhun ini patut yang keliru.

Pertama, Misbakhun seakan-akan iri dengan keberhasilan AHY menjadi bakal cawapres terfavorit dalam Pilpres 2019 mendatang. Ya, berbagai lembaga survey menunjukan bahwa AHY bisa menyumbangkan elektoral signifikan untuk bakal cawapresnya.

Tingkat popularitas dan elektabilitas AHY sebagai bakal cawapres terfavorit adalah nyata dan tak terbantahkan. Mustahil Partai Demokrat membayar lembaga-lembaga survey itu sehingga satu suara. Mustahil pula. Tidak mungkin pula responden yang disurvei adalah kader Partai Demokrat semata.

Semua limpahan popularitas dan elektabilitas AHY ini diraih dengan berdarah-darah. Mulai dari saat AHY maju sebagai cagub DKI Jakarta, hingga saat AHY keliling Indonesia untuk mendengarkan keluh kesah rakyat. Termasuk dengan serangan sindiran plus pernyataan sentiment orang-orang yang kubu sebelah. Nyatanya AHY tetap jalan terus. 

Semua ini menunjukan ada kerja keras plus dukungan Tuhan Maha Kuasa bagi semakin moncernya nama besar AHY. Kalau sekarang Misbakhun pakai istilah "politikus rantang" ini jelas-jelas membuktikan kalau dirinya tidak tahu apa-apa mengenai perjuangan AHY.


Kedua, taruh katalah Misbakhun masih ngotot, maka saya akan menyebut bahwa dirinya benar-benar tak paham teori kepemimpinan. Pemimpin lahir dengan cara berbeda-beda. Ada yang dilahirkan, ada yang diciptakan, ada pula yang dibesarkan.

Namun, bukan masalah pemimpin itu lahir lewat proses apa, tetapi apakah pemimpin itu punya kapasitas dan kapabilitas? Apakah sosoknya bermasalah, misalnya merusak demokrasi, atau membikin keresahan publik? Inilah yang perlu direnunginapi oleh Misbakhun. Karena setahu saya, AHY lolos ujian ini. Kalau seorang Prabowo sudah mengakui kapasitas dan kapabilitas AHY, apalagi yang mau disangsikan? Kalau rakyat sudah memutus AHY sebagai bakal cawapres terfavorit, apa lagi yang hendak diresahkan?

Malahan, saya justru menduga apa yang disampaikan Misbakhun tak lebih suatu manuver untuk memenangkan persaingan politik. Misbakhun pakai ilmu murahan: "padamkan api lawan!" Padahal, dia seharusnya pakai ilmu: "terangkan api kita, jangan padamkan api lawan!" Nah, ini baru ilmu politik sejati.

Lagipula---maaf-maaf saja---kalau ditilik-tilik, Misbakhun bisa bikin pecah koalisi Jokowi lho. Lha Megawati itu siapa? Bukannya dia moncer karena berhasil mengkapitalisasi nama besar Sukarno? Bagaimana dengan Airlangga Hartarto, ketua umum Partai Golkar? Mula-mula Airlangga juga dikerek oleh nama besar ayahnya; Hartarto Sastrosoenarto, mantan menteri empat periode di era Orde Baru. Begitu juga dengan Muhaimin Iskandar, Ketum PKB itu. Lantas, kenapa mulutnya Misbakhun terkesan kelu untuk menyindiri orang-orang ini?

Jadi menurut saya, sudahlah Misbakhun. Sebaiknya urus diri sendiri saja, atau lebih bagus urus Partai Golkar yang sedang dilema karena rencana maju Jusuf Kalla. Hati-hati dengan mulutmu! Karena terbukti, semakin diremehkan kharisma AHY malah semakin besar; AHY jadi semakin matang.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun