Mohon tunggu...
Septiarida Nonalisa
Septiarida Nonalisa Mohon Tunggu... Penulis - Statistisi

Sebagai seorang Statistisi yang ingin dapat terus menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harapan HGN 2020: Bangkit Wahai Guru di Masa Pandemi!

25 November 2020   23:55 Diperbarui: 26 November 2020   00:01 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Suara apa yang ingin Engkau dengar dari sebuah ruangan kelas? Meski kini terasa sunyi, jejak pengorbananmu akan terus mengiringi.”

Sering kita dengar bahwa guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Hal ini menjadi tidak asing bagi telinga kita, mengingat bagaimana para guru berjuang membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan atas segala keterbatasan. 

Pahlawan tanpa tanda jasa adalah orang yang berani dan rela berkorban dalam membela kebenaran tanpa mengharapkan keuntungan pribadi. 

Dari pernyataan tersebut, guru merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pendidikan. Guru telah mencurahkan tenaga dan pikirannya demi memajukan bangsa dengan cara mendidik para murid-muridnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia sebanyak 1,5 juta orang dari jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) secara keseluruhan ada 4,2 juta orang (Sumber: Buku Statistik ASN Desember 2019 Badan Kepegawaian Negara dan Statistik Indonesia 2020 Badan Pusat Statistik).

Pada bulan Maret 2020, sebaran wabah Covid-19 ke Indonesia memberikan perubahan besar pada seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah merubah tatanan pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. 

Adanya Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SE Kemendikbud) No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 sehingga pemerintah menganjurkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah. 

Hal itu dilakukan untuk meminimalisir penularan wabah Covid-19. Tantangan yang besar bagi guru dan murid karena pembelajaran daring tidak pernah dilakukan sebelumnya. Jaringan internet yang kurang stabil menjadi salah satu tantangannya. 

Bagi para murid di perkotaan, pembelajaran daring mungkin tidak terlalu menjadi masalah, berbeda dengan murid yang tinggal di perdesaan atau perkampungan yang terkendala jaringan internet. 

Meskipun demikian, guru memiliki tanggung jawab mendidik dan mengajar kepada muridnya agar mereka benar-benar dapat memahami materi yang diajarkan bagaimanapun proses pembelajarannya baik langsung (tatap muka) maupun daring. 

Oleh karena itu, guru harus dapat mencari cara dan menyiasati bagaimana agar kualitas belajar tetap baik. Untuk menghasilkan kualitas belajar murid yang terbaik, menurut Pak Nadiem, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, “Guru harus terus berinovasi dan meningkatkan metode pengajaran setiap saat”. 

Kemendikbud meminta empat hal yang harus dilakukan guru saat memberikan pelajaran selama pandemi Covid-19. Empat hal itu antara lain: Pertama, mendorong pembelajaran secara dalam jaringan (daring), baik interaktif maupun tidak. 

Kedua, guru memberikan anak-anak pendidikan kecakapan hidup kontekstual sesuai kondisi rumah masing-masing utamanya mengenai pengertian Covid-19. 

Ketiga, pembelajaran di rumah harus disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing. Keempat, guru-guru tidak menilai tugas seperti biasanya. Penilaian murid bisa lebih banyak bersifat kualitatif dan memberikan motivasi ke anak.

Di tengah wabah pandemi Covid-19, profesionalisme guru diuji. Wabah menggiring semua aktivitas dilakukan di rumah tidak terkecuali kegiatan belajar pun dilaksanakan rumah. 

Profesionalisme guru tidak cukup hanya diukur dari sertifikasi administratif. Lebih dari pada itu, guru adalah sosok yang mendidik dan mengarahkan, melatih, mengajar, serta mengevaluasi muridnya hingga mampu bertindak secara mandiri dan berakhlak mulia. 

Sosok guru yang dimaksudkan adalah sosok guru yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga guru yang humanis, inovatif, dan transformatif yang secara terus menerus belajar mengembangkan diri secara utuh melalui beragam pengalaman dalam teori dan praktik pembelajaran. Kehadiran teknologi (semestinya) membantu guru dalam melayani para muridnya untuk belajar di rumah. 

Guru kreatif akan terus-menerus mencari dan mengusahakan yang terbaik agar materi pelajaran dapat dipahami oleh muridnya. Penggunaan Google Class Room, Aplikasi Zoom, dan aplikasi lainnya diharap dapat memudahkan kegiatan belajar jarak jauh. 

Pada daerah yang minim jangkauan internet, para guru berkeliling untuk memberikan materi pelajaran supaya anak-anak tetap belajar di rumah. Mereka patut dijadikan sebagai guru teladan di dalam masyarakat. 

Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa Jawa kata guru adalah “digugu lan ditiru” (orang yang dipercaya dan diikuti). 

Tutur dan tindakan yang tercermin dalam setiap perilakunya merupakan hal yang patut diteladani, untuk itulah disebut sebagai guru professional. Jadi, guru bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter.

Harapan untuk para guru di Indonesia adalah untuk dapat menuntun anak-anak didiknya menjadi pribadi yang santun, mandiri, dan berakhlak mulia. 

Guru hebat adalah guru yang menginspirasi anak-anak muridnya. Guru harus mampu mengimbangi perkembangan zaman agar tidak ketinggalan informasi. 

Pada zaman digital ini, proses belajar dan mengajar juga harus menyesuaikan perkembangan dunia serba digital. Boleh jadi anak-anak murid tidak lagi tertarik dengan cara belajar dengan metode ceramah. 

Semangat pendidikan yang digelorakan oleh Ki Hajar Dewantara patut dicontoh, terlebih bagi para pemerhati dan yang berkecimpung di dunia pendidikan. “Lawan Sastra Ngesti Mulya: Dengan Ilmu Kita Menuju Kemuliaan”. 

Dalam upaya memerangi pandemi ini, tetaplah mengupayakan pendidikan yang bukan hanya mengasah kecerdasan intelektual melainkan juga mengasah hati setiap anak didik. Pendidikan yang mengupayakan proses pemuliaan manusia yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru menjadi pribadi yang cerdas dan humanis. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, dengan menggunakan dasar kekeluargaan, maka antara guru atau pamong dengan muridnya terdapat hubungan yang erat. Di tempat itu ia menemukan “bapak” atau “ibu” yang dapat diminta nasihatnya atau pertimbangannya apabila mereka menghadapi kesulitan. 

Oleh karena itu, cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan alat perintah, paksaan dengan hukuman seperti yang dipakai dalam pendidikan di masa dahulu, hendaknya dihindari. Semboyan yang dipergunakan adalah “Tut Wuri Andayani”, artinya mendorong para anak didik untuk membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. 

Guru mengikuti di belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamati dengan segala perhatian; pertolongan diberikan apabila dipandang perlu. Anak didik hendaknya dibiasakan bergantung pada kemauannya sendiri, bukan karena paksaan dari luar atau perintah orang lain.

Tentulah guru yang mampu diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa ini disandang oleh guru yang memiliki nilai keikhlasan, kesabaran, dan kepedulian. Jadi, tergantung masing-masing guru yang bersangkutan. Apabila seorang guru memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan Indonesia, tak kenal lelah, dan sepenuh hati dalam membimbing muridnya, serta memiliki cita-cita yang luhur dalam memajukan pendidikan Indonesia. Memang beliau "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". 

Sebaliknya, jika seorang guru hanya mengajar asal-asalan dan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan perkembangan muridnya maka hal (buruk) itu nantinya akan kembali pada murid, sehingga guru harus kembali belajar untuk menjadi guru yang ikhlas dalam mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun