Bisakah Mencintai Jakarta?
Disadari atau tidak, kota ini memberi banyak sekali pelajaran hidup kepada manusia-manusia tangguh yang hidup didalamnya.
Mungkin sebagian orang mencibir tentang kesumpekan, kemacetan dan kemahalan yang setiap hari terdengar. Realitanya mungkin memang benar demikian.Â
Lantas, bagaimana cara berdamai dan mencintai Jakarta?
Terlalu banyak yang telah kota ini berikan kepada manusia, namun seringkali kita tidak menyadarinya karena buta oleh gemerlap kemegahan kota.Â
Saat merasa hidup ini tidak adil, mari bersama-sama hinggap di kereta pagi yang penuh manusia-manusia tangguh. Di dalam kotak besi tersebut, tidak mengenal kasta, orang kaya dan miskin berpijak di tempat yang sama, bos besar dan pengangguran sama-sama berbagi ruang.
Saat merasa hidup tak nyaman dan serba kekurangan, mari intip pergulatan orang-orang di TPA sampah Bantar Gebang atau daerah Muara Angke, yang untuk bernafas saja tak pernah ada kata nyaman.
Dari stasiun Bogor hingga Tanah Abang, atau Bekasi hingga Jakarta Kota, ratusan orang rela berdesak-desakan demi sedetik absensi. Wajah-wajah lelah, menahan rasa kantuk itu mengajarkan kita tentang rasa syukur.
Meskipun dipenuhi pikiran tentang keraguan masa depan, selalu ada orang-orang baik yang menebar optimisme.
Jakarta bukan hanya tentang megahnya perkantoran dan pusat perbelanjaan, tapi juga harapan.Â
Beranjaklah ke tengah-tengah keramaian pasar Tanah Abang, ketidakteraturan Terminal Pulo Gadung atau sejenak menikmati riuhnya jalanan kota dengan duduk di salah satu kursi Transjakarta.Â