Fraud merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lingkungan bisnis, pemerintahan, maupun masyarakat umum. Ketika Fraud terjadi, dampaknya tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga merusak kepercayaan dan integritas yang menjadi fondasi hubungan sosial dan profesional. "Fraud : The Human Factor" dan buku "A.B.C. Of Behavior Forensics" Oleh Sri Ramamoorti dan Willian Olsen dalam tulisannya mengkaji bahwa tekanan emosional, karakter dan kondisi lingkungan sangat berperan dalam terjadinya Fraud. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan organisasi untuk mengedepankan tanggung jawab dan kejujuran dalam menghadapi potensi Fraud. Dengan menjadikan kejujuran sebagai hal yang biasa, kita dapat menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan, karena integritas yang konsisten akan membangun lingkungan yang sehat dan dapat dipercaya. Salah satu bentuk perbuatan tidak jujur dalam lingkungan kerja dalam sebuah perusahaan adalah adanya bentuk sabotase dalam kasus Lapping uang hasil penagihan yang dilakukan oleh bagian Sales dengan cara menyetorkan sebagian uang hasil tagihan dan memutarkan kembali sebagian uang tersebut menjadi bentuk transaksi yang lain dengan tujuan untuk memenhuhi kebutuhannya atau juga untuk menutup ketidak berhasilan targetnya yang lain agar terkesan tertutup disemua sektor yang dia handle.
      Fraud dinilai sebagai Compleks Human Behavior yang melibatkan elemen-elemen psikologi seperti niat, keinginan dan tekanan yang terlalu tinggi baik yang datang dari faktor gaya hidup hedon dan popularitas, sikap gengsi serta faktor lainnya. Integritas karyawan dan entitas menciptakan budaya yang menekankan kejujuran, akuntabilitas dan kepatuhan terhadap aturan, sehingga dinilai mampu mengurangi potensi terjadinya Fraud. Semakin tinggi integritas individu dan system pengendalian internal yang diterapkan maka akan semakin efektif dalam meminilisir Fraud, hal tersebut mampu mendorong perilaku etis dan menekan niat untuk melakukan Fraud. Belajar dari Bangsa Jepang yang mengangkat dari Budaya Tradisional "Bushido" Kode Etik Samurai yang menekankan kehormatan, tanggung jawab dan kejujuran. Hal ini membentuk karakter personal yang menjujung tinggi integritas dan kepercayaan. Dalam hal ini penulis mengangkat konsep "Membangun Budaya Kejujuran untuk mencegah Fraud dan Menciptakan Kesejahteraan Berkelanjutan"
     Kejujuran merupakan sebuah pondasi utama dalam membangun kesejahteraan yang berkelanjutan, baik pada tingkat individu, organisasi maupun masyarakat luas. Ketika sebuah kejujuran dijunjung tinggi maka akan tercipta hubungan yang transparan dan kepercayaan antar pihak, sehingga menekan permasalahan, Fraud dan ketidakadilan yang dapat merusak hubungan social dan ekonomi. Oleh karena itu Kejujuran merupakan kunci utama dalam membentuk lingkungan yang kondusif menuju pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kesejahteraan yang merata. Kejujuran dalam pengelolaan sumber daya manusia dan pelaksanaan kebijakan memastikan bahwa manfaat pembangunan yang dilakukan oleh Top Management dapat dinikmati oleh semua golongan tanpa adanya penyalahgunaan dan Fraud. Hal ini meningkatkan kepercayaan seluruh lapisan karyawan terhadap entitas dan mendorong partisipasi aktif dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam jangka panjang budaya jujur menjadikan faktor utama untuk menjaga integritas system social dan ekonomi, sehingga menjadikan kesejahteraan yang dicapai tidak hanya bersifat sementara tetapi dapat berkelanjutan untuk generasi mendatang.
     Langkah mitigasi yang dapat dilakukan sebagai wujud dari manajemen risiko untuk mencegah dan mengatasi kasus Fraud ini adalah dengan (1) Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran dan Tanggung Jawab melalui pelatihan dan komunikasi yang Intens (2) Separate Task untuk menghindari konsentrasi wewenang yang dapat disalahgunakan, adanya Rolling System (3) Menggunakan Metode Fraud Risk Management sebagai Measuring Tools and Risk Prioritysation (4) Membuka WishtleblowingSystem agar karyawan dan pihak terkait dapat melaporkan dugaan Fraud tanpa rasa takut serta menjamin kerahasiaan pelapor dan menindaklanjuti laporan dengan serius (5) Menegakkan sanksi dengan tegas dan konsisten bagi pelaku Fraud (6) Membentuk Team Khusus dalam penanganan kasus Fraud. Â
Kesimpulan
      Kejujuran merupakan Landasan utama dalam menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan di tingkat individu, organisasi, dan masyarakat. Fraud, yang merupakan Compleks Behavior yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan yang dapat merusak kepercayaan dan integritas dasar hubungan sosial dan profesional. Oleh karena itu, menumbuhkan nilai kejujuran dan tanggung jawab secara konsisten sangat penting untuk membangun budaya integritas yang mampu mengurangi potensi fraud. Pembelajaran dari budaya Jepang dengan kode etik bushido menunjukkan bahwa kejujuran dan kehormatan dapat membentuk karakter yang kuat dan dapat dipercaya. Dengan demikian, kejujuran yang dijadikan kebiasaan akan menciptakan lingkungan yang transparan, adil, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang stabil serta kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI