Mohon tunggu...
Humaniora

Di Kala Garuda Enggan Meraja di Udara

19 Februari 2018   19:27 Diperbarui: 19 Februari 2018   19:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika nenek moyang kita melihat kondisi Indonesia pada saat ini, mereka akan sangatlah terkejut sekaligus kecewa. Di era globalisasi ini, para penduduk Indonesia telah berubah drastis semenjak masa kemerdekaan. Tak lagi seluruh tumpah darah Indonesia memiliki daya juang yang sama seperti 72 tahun yang lampau. Kita mengartikan bangsa Indonesia tak lagi sebagai kewajiban dan bagian dari jiwa kita namun hanya sebatas wilayah untuk berdiam dan bertempat tinggal. Sia-sialah perjuangan para pahlawan-pahlawan Indonesia yang telah bertempur di medan perang demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Apakah kita layak untuk diperjuangkan?

Sebagian besar Warga Negara Indonesia tak lagi ingat kewajibannya sebagai penduduk Indonesia dan lupa akan kewajiban yang kita miliki. Kita hanya dapat memandang bendera merah-putih dengan tatapan kosong setiap tanggal upacara 17 Agustus, mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagi formalitas akademis secara terpaksa dan memandang Garuda sebatas burung biasa tanpa makna.

Apakah bendera Merah-Putih layak untuk tetap berkibar di tiang bendera di masa ini? Mungkin kita telah merdeka secara hukum atau dari segi eksternal, namun apakah seluruh rakyat Indonesia sudah merdeka dari pengaruh buruk yang beredar dalam negeri? Masih saja ada penggunaan dan pengedaran narkotika, pengaruh pornografi, dan banyak pengaruh buruk lainya. Pancasila tidak mengarahkan kita ke pengaruh buruk tersebut, namun pengaruh media massa lah  yang memainkan peran penting dalam pembantingan setir mindsetgenerasi muda Indonesia.

Media massa merupakan tak hanya kehidupan generasi muda namun generasi tua juga. Media massa bagaikan api hutan yang merebet dengan kecepatan kilat. Di masa ini, semua serba gampang. Misal untuk membikin tugas kelompok tidak harus berkumpul secara fisik namun secara visual sudah dapat menyelesaikan masalah. Namun untuk mengakses pornografi juga sangatlah gampang dan terbuka, dapat di uploaddan download oleh siapa saja. Maka yang sudah ada di media massa, biarlha di media massa namun sikap kita yang harus diubah. Seperti koin yang memiliki 2 sisi, media massa juga demikian dan tergantung kita, si pemutar koin, untuk menentukan sisi mana yang ditakdirkan.

17 helai bulu pada masing-masing sayap, 8 helai bulu pada ekor, 19 helai bulu pada pangkal ekor, 45 bulu pada leher dan 5 rumusan dasar pada dada. Siapakah dia?

Pancasila. 5 dasar negara yang merupakan awal kehidupan bangsa Indonesia. Ideologi negara ini sangatlah berharga dan kuat. Namun tanpa campur tangan kita, ideologi ini hanya sebatas serangkaian kata-kata dengan bahasa indah namun tak berarti. Kecenderungan para generasi muda saat ini adalah mengabaikan ideologi bangsa Indonesia dan akibatnya adalah kerusakan bangsa Indonesia. Sungguh tidak semua generasi muda yang mempunyai prinsip hidup seperti ini, masih ada harapan demi bangsa Indonesia yang lebih maju dan kompetitif akan bangsa lain. Sekarang tergantung kita, generasi muda, untuk memilih peranan kita bagi masa depan bangsa Indonesia. Pilihlah dengan bijaksana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun