Mohon tunggu...
Suseno
Suseno Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Agama Dikawinkan, Mengapa Tidak?

24 April 2018   00:50 Diperbarui: 24 April 2018   00:57 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa ada sebagian orang yang terkesan takut atau tidak setuju dengan khotbah jumat atau pengajian yang memasukkan unsur politik di dalamnya?

Ada 2 kemungkinan yang menurut saya janggal :

1. Mungkin mereka menganggap politik itu sesuatu yang kotor, sedangkan masid/tempat ibadah adalah sesuatu yang suci (bebas dari urusan duniawi), sehingga keduanya tidak mungkin dipersatukan. Maka, jika politik adalah sesuatu yang kotor/maksiat/dosa/haram, seharusnya politik tidak hanya dilarang di dalam masjid/tempat ibadah, melainkan dilarang dan diberantas juga di semua tempat, seperti halnya minuman keras, perzinahan, perjudian, dll. 

2. Mungkin mereka menganggap agama bisa disalahgunakan untuk kepentingan politik. Jika hal tersebut yang dikawatirkan, bukankah prasangka tersebut berbicara tentang niat/maksud? Sedangkan niat adalah urusan pribadi seseorang dengan Tuhan, tidak ada satu orangpun yang tau apa niat dan apa yang ada di dalam hati si pelaku. Jadi, yang patut diterjemahkan/dihakimi/dibantah, adalah apa yang terucap/terlihat/terdengar, bukan apa niat si pelaku. 

Misal, jika ada penceramah di sela pengajiannya mengajak untuk memilih si A  ketika pemilu karena  si A jujur, hafal 30 juz, rajin sodaqoh, rajin puasa senin kemis, menurut saya  perilaku ajakan itu  sah-sah saja,karena alasan untuk memilih si A tidak bertentangan dengan agama. Kalau toh misalnya ternyata itu cuma tipuan belaka, misal ternyata tujuan kampanye di masjid supaya menang pemilu, dan setelah menang bisa memperkaya diri sendiri, itu kan urusan dia dengan Tuhan. Kalaupun kita tau maksud yang sebenarnya, yang kita sangkal(dengan  menunjukkan bukti) adalah  apa yang dia ucapkan, bukan perilaku kampanye di masjidnya. 

Sedangkan jika kita bicara ibadah, sholat adalah ibadah, zakat adalah ibadah, bekerja untuk menafkahi keluarga adalah ibadah, mengapa politik tidak bisa kita pahami juga sebagai ibadah? Semua partai politik pasti memiliki jargon ingin menyejahterakan rakyat, tidak ada partai politik yang berjargon ingin menyengsarakan rakyat. 

Bukankah mereka ingin dipilih supaya menang, dan memiliki kekuasaan, dan dengan kekuasaan itu mereka memiliki wewenang untuk menelurkan kebijakan yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat? Kalau begitu, politik adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi, sangat agung, karena efeknya bukan hanya untuk kebaikan diri sendiri dan keluarganya, melainkan untuk orang sekampung, sekabupaten, sepropinsi, bahkan senegara. 

Betapa besar pahala dari berpolitik, bahkan mungkin lebih besar pahalanya daripada sholat, karena seorang wanita pezina yang memberi minum seekor anjing yang kehausan saja bisa masuk sorga, apalagi orang tidak zina yang bisa mensejahterakan orang seindonesia raya.

Jadi, mengapa masih menganggap jika politik dan agama tidak mungkin di satukan? 

Kecuali....jika dari awal para pelaku politik memahami politik sebagai suatu jalan sehingga dia berkuasa, dan dengan kekuasaannya dia bisa berbuat sesuka hati, memperkaya diri sendiri, maka bukan hal yang aneh jika politik dianggap sebagai sesuatu yang kotor. Bukan hal yang aneh juga jika mereka yakin politik dan agama tidak mungkin disatukan dalam satu wadah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun