Mohon tunggu...
Senopati Ami
Senopati Ami Mohon Tunggu... karyawan swasta -

merah darah warnanya, tanda satria jiwanya dalam membela bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

3 Alasan Tidak Pakai Kendaraaan Umum

11 Juli 2012   07:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:04 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342074712828786414

Ilustrasi-Kendaraan Umum/Kompasiana (KOMPAS)

Salah satu PeeR bagi Gubernur baru DKI Jakarta yang terpilih dalam Pilkada hari ini adalah mengurai masalah kemacetan di Ibu Kota. Para calon gubernur pun menjanjikan program-program andalan mereka untuk menjadi solusi kemacetan di Jakarta. Dari sekian banyak janji dan program yang ditawarkan sebagai solusi kemacetan, pembangunan mass rapid transport dan optimalisasi fungsi kendaraaan umum merupakan solusi semua calon Gubernur yang kini bertarung.

Saya pribadi menganggap kendaraan umum sebagai hal paling vital dalam keseharian saya. Sebagai bagian dari masyarakat urban, saya menghindari penggunaan kendaraan pribadi yang potensial meningkatkan stress akibat kemacetan di Ibu Kota. Meski saya adalah pengguna setia kendaraan umum, saya tidak pernah menilai kendaraan umum berada dalam kondisi idealnya. Setelah sekian lama pengalaman saya berjibaku di dalam kendaraan umum, saya dapat menyimpulkan sisi negatif dari Kendaraan Umum (termasuk Mass Rapid Transportation) yang mungkin menjadi alasan kebanyakan masyarakat Jakarta yang enggan berkendaraan umum.

1.Kenyamanan

Meski kebanyakan Kendaraan Umum perkotaan bertarif rendah, tapi bukan berarti para penggunanya mengikhlaskan kehilangan rasa nyaman. Berdesak-desakan dan berhimpitan dengan sesama pengguna kendaraan umum menjadi faktor utama hilangnya rasa nyaman. Belum lagi harus berlama-lama berdiri di dalam kendaraan yang sudah penuh, pengamen yang; meski sudah berulangkali meminta maaf karena mengganggu; namun tetap bernyanyi meneriakkan suara serak-nya, juga panasnya wilayah khatulistiwa yang semakin sumpek karena sesaknya kendaraan umum.

2.Waktu

Pernah menunggu kendaraan umum selama hampir satu jam? Keterbatasan armada mungkin menjadi salah satu penyebab lamanya seorang pengguna saat menunggu kendaraaan umum tumpangannya datang. Belum lagi kemacetan setiap ruas jalan di Jakarta memperparah molornya jadwal kendaraan umum. Ketika kendaraan umum itu datang pun, tidak berarti si pengguna akan sampai tujuan dengan cepat. Ngetem-nya kendaraan umum pun memperlama waktu perjalanan yang harus ditempuh oleh para penumpang.

3.Keamanan

Pencopet, tukang palak dan para pelaku pelecehan seksual menjadi alasan terakhir namun yang terpenting. Berprinsipkan ‘bersatu kita teguh’, para pencopet membuat grup copet dengan tugas yang berbeda-beda: Pengalih perhatian, Eksekutor pencopetan dan Pengaman barang hasil copetan. Ketika korban diganggu oleh sang Pengalih perhatian, Eksekutor mengambil barang berharga sang korban tanpa disadarinya. Namun sayang, ketika sang korban sadar bahwa barang berharganya hilang, barang tersebut sudah di tangan Pengaman hasil copetan yang berada jauh dari si korban.

Tidak jauh berbeda, dari pencopet, tukang palak juga bekerja dalam kelompok. Dalam pidato pengatarnya, mereka memalak penumpang dengan berdalih bahwa apa yang mereka lakukan masih lebih baik dari pada mencopet. Diakhir pidato pengantarnya mereka akan mengatakan kalimat pamungkas : “Uang seribu dari Anda tidak akan membuat Anda miskin”, atau “Hormatilah kami yang orang kecil.”

Yang terakhir adalah para pelaku pelecehan seksual. Berbeda dengan yang lainnya, para pelaku pelecehan bergerak secara sendiri-sendiri demi kepuasan pribadinya. Para pelaku yang mengalami kelainan kejiwaan ini kerap mengincar korban perempuan, meski tidak sedikit pula yang sesama jenis dijadikannya korban juga. Lantaran mereka ini, upaya pencegahan pun dilakukan dengan memisahkan wilayah khusus perempuan dari kerumunan laki-laki.

Entah bagaimana hasil dari Pilkada hari ini, yang jelas penyediaan kendaraan umum yang bisa menjawab 3 masalah tetap menjadi harapan bagi pengguna kendaraan umum seperti saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun