Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keunikan Penderitaan Kristus

8 Maret 2020   12:42 Diperbarui: 8 Maret 2020   12:58 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi umat kristen di seluruh dunia akan merayakan paskah, sehingga saat ini liturgi kebaktian di gereja-gereja mulai ditekankan pada penghayatan akan penderitaan dan pengorbanan Kristus. Ternyata Yesus Kristus yang pernah ada di dunia mempunyai sejarah kehidupan yang begitu berbeda dengan manusia pada umumnya.

Dia adalah Tuhan dan raja tetapi hidup-Nya penuh tragedi. Tragedinya antara lain : Pada waktu lahir meminjam palungan, (Luk 2:7). Selama karya-Nya  tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap (Luk 9:58), pada waktu hidup dikagumi (Luk 19:37-38) tetapi pada waktu mati dipinjamkan kuburan (Luk 23:53, Mat 27:60). Tentu sangat sulit mendapatkan seseorang yang dianggap sebagai Tuhan dan Raja yang mempunyai kehidupan seperti itu ?

Selain hal-hal di atas ada beberapa hal-hal pokok yang sangat membedakan penderitaan yang dialami Yesus Kristus dengan seluruh manusia yang ada di dunia ini.  Perbedaan tersebut antara lain :

Kristus Mengalami Penderitaan Sepanjang Hidup-Nya. 

Kehidupan manusia biasanya silih berganti terkadang menderita tetapi terkadang juga mengalami kebahagiaan. Tetapi apa yang terjadi dengan Yesus Kristus, ternyata keseluruhan hidupnya adalah penderitaan. Hal ini terjadi karena adanya "perubahan status" dan "perubahan  lingkungan".

Sebelum datang ke dalam dunia Yesus adalah Allah tetapi pada waktu datang ke dalam dunia, Dia bukan hanya Allah saja tetapi juga manusia sejati. Penambahan manusia ini menyebabkan Yesus harus menderita. Karena kalau Allah maha kuasa, maha tahu, tidak bergantung maka sebaliknya manusia tidak berkuasa, tidak maha tahu dan bergantung.

Semua orang ingin kalau bisa dia sangat berkuasa, dan tidak bergantung dengan siapapun juga. Dia akan sangat menderita kalau dari berkuasa menjadi tidak berkuasa, dari biasa memerintah menjadi sangat bergantung dengan orang lain.

Penderitaan sepanjang hidup juga terjadi karena setiap hari Kristus yang adalah kudus harus berinterkasi dengan manusia berdosa. Ini tentu sangat sulit, karena seseorang yang sudah biasa hidup kudus setiap hari harus bergaul dengan orang-orang berdosa dan dipengaruhi terus untuk berbuat dosa, maka setiap hari juga Dia harus mempertahankan kekudusan-Nya.

Kalau seseorang dalam lingkungan seperti ini tentu  akan stress karena tidak ada  teman yang menguatkan untuk menjaga kekudusan tetapi semua berusaha agar dia  berbuat dosa.

Dengan adanya kedua perubahan ini maka sepenjang hidupnya  di dunia Kristus akan mengalami penderitaan, dan saya yakin tentu tidak ada satu orangpun di dunia yang ingin mengalami penderitaan sepanjang hidupnya.

Kristus Menderita karena Ketaatan-Nya Kepada Allah

Kristus menderita bukan karena Ia tidak taat pada Allah, tetapi Ia menderita karena ketaatan-Nya. Kalau kita dihukum karena ketahuan mencuri, berzinah, korupsi, dll itu wajar.

Dengan kata lain kita menanggung penderitaan akibat dari perbuatan kita, tetapi penderitaan yang dialami Kristus berbeda atau tidak wajar karena Ia tidak berbuat salah tetapi karena buat benar yaitu sikap yang taat kepada Allah (taat kepada Allah berartikan benar). Dan ketaatan Kristus haruslah ketaatan yang sempurna, karena sekali ia jatuh dalam dosa /tidak taat maka Ia tidak layak menjadi juruslamat. Ini tentu sangat sulit bagi kita, karena kalau satu hari saja kita tidak buat dosa itu sudah mukjizat apalagi sepanjang hidup, tidak mungkin

Iblis berusaha dengan berbagai cara  menjatuhkan Kristus (Mat 4:1-11, Luk 4:1-13) tetapi tidak berhasil, bahkan dalam Lukas 4:13 dikatakan iblis menunggu kesempatan yang tepat untuk menjatuhkan Dia. Kata "kesempatan" menunjukkan  bahwa iblis mencari kesempatan dimana Yesus Kritus betul-betul lemah  baik secara jiwa maupun fisik sehingga  tidak kuat menghadapi pencobaan.

Kondisi yang lemah  secara jiwa sangat terlihat pada saat peristiwa penyaliban, di mana Yesus Kristus berdoa sebanyak 3 kali untuk menolak cawan tersebut, dan kondisi paling lemah secara fisik pun dialami saat itu, karena mulai dari hari kamis Ia tidak tidur, kemudian dianiaya dan dicambuk sebanyak 39 kali sebelum digantung di kayu salib pada hari Jumat, sehingga pada waktu di salib, secara jiwa dan fisik Ia tidak mampu lagi bertahan, tetapi Ia tetap taat kepada Allah.

Ini luar biasa, seseorang yang sebenarnya tidak mampu lagi bertahan tetapi tetap bertahan, apakah kita juga bisa ? Saya rasa kita akan cepat-cepat minta tolong walaupun itu harus berbuat dosa. Juga salah satu wujud ketaatan kepada Allah, dimana Kristus harus menanggung seluruh dosa-dosa kita, ini membuat Kristus menderita. Yes 53:6 menulis : Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian.

 Saya rasa manusia sejahat apapun di dunia pada waktu berbuat salah tetap ingin prinsip keadilan dikenakan pada dirinya. Kalau menanggung kesalahan sendiri itu wajar bahkan banyak orang yang sudah salah tetapi memalsukan bukti untuk menunjukkan tidak berasalah apalagi kalau harus menanggung kesalahan semua orang, di manakah keadilan ? Memang yang dialami Kristus tidak adil tetapi itulah yang harus dilalui-Nya.

3. Kristus Menderita Karena Ketidakpercayaan Umat-Nya

Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan secara khusus Ia datang kepada umat pilihan-Nya yaitu "bangsa Israel" pada konteks itu. Dalam Injil Mat 15:24, dimana pada waktu seorang perempuan bukan Yahudi meminta pertolongan-Nya, Ia mengatakan : "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel".

Tetapi ternyata umat-Nya tidak menerima Dia (Yoh 1:11) bahkan dalam Yoh 10:20-21 mereka mengatakan bahwa Ia kerasukan setan, Orang-orang di Nazareth yang merupakan tempat asal-Nya pun menolak Dia, mereka kecewa terhadap Dia karena menganggap Ia bukan Allah. (Mrk 6:1-4) Bahkan ironisnya saudara-saudara-Nya pun tidak percaya pada-Nya (Yoh 7:3-5), mereka menganggap Ia sudah tidak waras lagi.

Akhirnya umat pilihan (Orang-orang Yahudi) inilah yang memakai segala kelicikan dan dusta untuk menyatakan kesalahan Yesus dihadapan penguasa-penguasa yang tidak adil dan meminta Barabas untuk dibebaskan dan kristus disalibkan. Maka sulit dibayangkan betapa hancurnya hati Yesus karena cinta-Nya kepada mereka, Ia rela datang ke dalam dunia dengan maksud mengorbankan diri-Nya untuk menyelematkan mereka, tetapi ternyata mereka membalasnya dengan begitu keji.

Menurut saya kalau hidup kita ditolak oleh orang lain itu sudah tidak mengenakan, kalau mengenakan mungkin ia tidak waras lagi. Dan penolakan itu terasa sangat menyakitkan kalau di lakukan oleh saudara / keluarga sendiri, karena biasanya keluarga itu menolong dan melindungi kita.

4. Penderitaan Akibat Terputusnya Persekutuan Dengan Allah Bapa.

Penderitaan-Nya semakin lama semakin hebat dan mencapai puncaknya dikayu salib. Salib merupakan pertemuan antara kasih dan keadilan Allah yang dinyatakan kepada Kristus, disatu pihak Allah begitu mengasihi manusia (Yoh 3:16) tetapi dipihak lain manusia harus dihukum, maka sebagai subsitusi Kristus harus menerima murka Allah atau murka Allah ditimpakan kepada-Nya.

Pada waktu Kristus berteriak Eli, Eli Lama Sabakhtani, hal itu menunjukkan perbedaan status dimana Ia berteriak sebagai orang berdosa, Ia berdiri menggantikan kita. Sehingga pada saat itu merupakan saat yang meyakitkan dalam hidup-Nya karena Ia terpisah hubungan persekutuan dengan Bapak.

Tetapi sekarang kalau orang tidak mempunyai hubungan persekutuan dengan Allah merasa biasa-biasa saja bahkan walaupun sudah sangat lama tidak mempunyai hubungan dengan Allah tidak merasa terganggu, tetapi hal ini sangat berbeda dengan Kristus. Yang membuat Dia takut bukan karena cambuk dan salib tersebut tetapi karena putusanya persekutuan ini dalam sementara waktu, karena persekutuan dengan Bapalah yang bisa membuat kita semua hidup secara rohani.

Akhirnya, mungkin masih banyak aspek-aspek penderitaan Kristus yang belum di paparkan, tetapi pertanyaan mendasarnya, mengapa Yesus harus menderita seberat itu ? Salah satunya untuk menanggung penderitaan kita karena murka Allah. Kita yang seharusnya menanggung murka itu, tetapi Yesus tidak mau, maka Ia yang menggantikan kita.

Bukankah ini menunjukkan Yesus sangat mencintai kita ? Oleh karena itu siapa yang sadar bahwa Yesus sudah menanggung murka Allah baginya, serahkan dirimu kepada Allah dan percayalah Yesus sebagai Tuhan dan juruslamatmu, tetapi jika engkau tidak mau percaya maka selamat tinggal karena murka Allah  akan menghantar kamu menuju neraka, ingat kesempatan bukan kamu yang tentukan tetapi Tuhan.  Soli Deo Glory  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun