Setelah menyelesaikan tugas Matematika, Santa memutuskan untuk menemui Sere dan Sesil, lalu mengajak bermain lompat tali.
      "Sere, Sesil", yok main lompat tali di rumahku. Santa memanggil kedua temannya.
      "Sebentar, ya. Perkalian sembilan kami belum selesai, nih". Jawab Sere ketika Santa memanggilnya.
      Mereka bertiga anak kelas 2 SD dan biasanya, setelah selesai tugas dari sekolah suka bermain lompat tali bersama di rumah mereka secara bergantian.
      "9x7 berapa?" Tanya Sesil kepada Sere
      "63. Oh, ini yang terakhir soal kita ya." Sere menanggapi pertanyaan Sesil.
      "Oke, udah kelar. Yuk kita main lompat tali. Santa udah nungguin kita nih" Ucap Sesil.
      "Aku duluan yang main, ya." Pinta Santa
      Sere dan Sesil mengangguk tanda setuju dan memegang karet secara sejajar. Santa mulai melompatinya, dari ketinggian selutut, kemudian dilanjutkan ketinggian selangkang, pinggang atau pusar, dada. Pundak dan telinga, atas kepala dan terakhir setinggi sejengkal di atas kepala.
      "Gedebug...!!" Santa terjatuh dan memegang kepalanya yang terantuk ke teras rumahnya.
      "Yaampun, Santa. Kepala kamu benjol. Aduh gimana, nih" Sere begitu mengkhawatirkan Santa.
      "Hehe, gapapa ini. Cepat, besar nanti". Santa berusaha menghibur meyakinkan kedua temannya agar tidak khawatir dengan kepalanya  yang benjol.
      "Tunggu bentar, ya." Ucap Sesil seraya bergegas berlari menuju dapur Santa, mengambil saputangan di kantongnya, menaruh nasi sekepal tangan kemudian mengikatnya.
      "Sini biar aku obati. Mamaku bilang, ini bisa mengurangi benjolan dan rasa nyeri. Aku tahu ini pasti sakit." Cetus Sesil sambil menekan-nekan nasi yang dibalut dengan saputangan miliknya ke kening Santa.
"Terima kasih, ya. Aku sayang kalian." Mata Santa berkaca-kaca dan kemudian memeluk Sesil dan Sere.