Apalagi anak-anak usia 6 tahun ke bawah masih menganggap bahwa apa yang dilihatnya sebagai sesuatu yang konkret, nyata, dan bisa dilakukan.
Oleh karena itu, wajar apabila ada orangtua yang berpendapat sama dengan pemilik akun tersebut.
Serangan balik komentar pengguna lain menanggapi cuitan ini pun menarik diikuti. Uniknya banyak dari mereka mengambil contoh kilas balik pengalaman tontonan masa kecil sebagai pembanding.
Seperti tanggapan balasan pemilik akun @gsp1209 yang menulis, “kok bisa ada robot kucing hidup dan punya kantong ajaib? Kok bisa ada kambing naik traktor?:
Contoh komentar ini mewakili sebagian besar asumsi kelompok pro yang menganggap bahwa orangtua berperan penting memberikan penjelasan terhadap jawaban anak, tanpa membatasi kebebasan berimajinasi.
Disisi lain, ada pula komentar lain yang berpendapat bahwa alur cerita film Jumbo tidak mendidik karena mengandung ajaran ghaib yang bertentangan dengan keyakinan beragama.
Opini ini juga diperkuat dengan adanya bukti unggahan tangkapan layar aturan Lembaga Sensor Film RI kategori film dan iklan untuk Semua Umur di mana cerita film Jumbo tampak menyalahi aturan poin huruf (g). Cek disini.
Terlepas dari kontra alur cerita magis, terdapat sisi lain yang sayang jika tidak dibahas yaitu sentuhan emosional yang dirasakan oleh penonton dominan remaja hingga dewasa.
Penonton film Jumbo pada kategori usia tersebut mengalami gejolak batin yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Misalnya artis dan komika Pandji Pragiwaksono, melalui kanal Youtube pribadinya mengulas reaksi emosional usai menonton pratayang film Jumbo sebelum resmi dirilis.
“Menurut gue film Jumbo ini ajaib karena inner child gue serasa dipeluk kembali dan sebagai seorang bapak, gue tersentuh oleh perjalanan hidup karakter Don”, ujarnya dengan penuh haru.