Mohon tunggu...
Selly Brilian
Selly Brilian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Little Ice Age Bukan Alasan untuk Mengenyampingkan Global Warming

8 Februari 2018   21:02 Diperbarui: 8 Februari 2018   21:17 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : shutterstock)

Isu-isu pemanasan global semenjak beberapa tahun belakangan telah menjadi perbincangan hangat internasional. Meningkatnya suhu bumi membuat khawatir beberapa kalangan masyarakat dari ilmuwan hingga rakyat biasa. Penyebab terjadinya pemanasan global atau global warming ini disinyalir bersumber dari perubahan iklim besar-besaran yang sedang terjadi saat ini.

Perubahan Iklim ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah : Akibat rusaknya lapisan ozon. Rusaknya lapisan ozon ini menyebabkan suhu bumi terlalu panas. Hal ini terjadi karena lapisan ozon yang terkikis akibat CO2 dari knalpot kendaraan, asap pabrik, freon Air Conditioner, dan hal-hal lain yang dimulai dari Revolusi Industri. Revolusi Industri menimbulkan berbagai perubahan teknologi, sosio-ekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. 

Pada era ini, terjadi pergantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin. Selain itu beberapa penyebab lainnya adalah peningkatan tajam pertumbuhan populasi yang menyebabkan deforestasi, pembakaran bahan bakar fosil, dan pertanian yang meluas. Kegiatan ini semua menghasilkan gas rumah kaca di atmosfer seperti karbondioksida, nitrogenoksida, dan metana. Gas rumah kaca menahan panas dari matahari dan tidak terpantulkan kembali ke angkasa. 

WWF mengemukakan bahwa hal-hal tersebut menyebabkan atmosfer bumi memanas dan hanya dalam 200 tahun, tingkat karbondioksida di atmosfer telah meningkat sebesar 30%.

Penyebab-penyebab perubahan iklim di atas telah menimbulkan banyak dampak pemanasan global. Efek yang muncul dari perubahan iklim sudah berdampak pada mata pencaharian masyarakat, serta komponen lainnya di seluruh dunia. Dilasir dari WWF, di Cina, bencana alam telah melanda 24,89 juta hektare tanaman pada tahun 2014, yang mana 3,09 juta hektare di antaranya hancur, sementara kekeringan menyebabkan kerugian ekonomi secara langsung hingga 83,6 miliar yuan atau lebih dari 13 miliar dolar. 

Di Turki, panen yang tertunda di wilayah Laut Hitam pada tahun 2014 mengakibatkan produsen teh Turki mengalami kerugian lebih dari 15% dari pendapatan tahunan mereka. Secara keseluruhan, bencana alam dalam dekade terakhir telah menelan biaya di seluruh dunia hingga 2,7 triliun dolar.

Disamping isu-isu global warming atau pemanasan global yang sedang hangat dibicarakan, Little Ice Age(LIA) kini mulai diangkat kembali ke permukaan pada akhir 2017. Pada akhir 2017, kemunculan berita Little Ice Age (LIA) kali ini jauh lebih menggemparkan dunia dibanding tahun 2013 dan 2015 dahulu karena riset telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan. Berita ini bahkan diangkat menjadi tajuk beberapa situs berita ternama seperti the Daily Mail, International Business Times, Sputnik News, Metro, dan Tru News

Berita ini dipicu dari wawancara Sky News dengan professor matematika Universitas Northumbria, Valentina Zharkova. Dalam wawancaranya, Zharkova membantah isu pemanasan global akan berlanjut ters sampai akhir zaman berdasarkan penelitiannya yang menunjukkan bahwa matahari akan memasuki fase quite phase. Dalam penelitiannya, ia mengklaim model penelitiannya telah terbukti memiliki akurasi 97% saat memetakan pergerakan bintik matahari sebelumnya, menggunakan data siklus matahari dari tahun 1976 sampai 2008.Model tersebut juga memiliki beberapa prediksi yang mengkhawatirkan untuk masa depan yaitu terjadinya Little Ice Age sekitar tahun 2030-an.

Selain model dari Zharkova, terdapat bukti langsung pendinginan dari beberapa ilmuwan pusat penelitian di German GFZ yang terjadi secara signifikan yang disebabkan oleh "cahaya matahari minimum" dan tentunya berlawanan dengan pemanasan global serta memicu pembentukan zaman es.

Namun, pendapat yang dikemukakan Zharkova dan beberapa ilmuwan lainnya dibantah oleh banyak ilmuwan karena ketidak akuratannya. Sebuah tim yang dipimpin oleh fisikawan Universitas Reading dan ahli tata surya, Mike Lockwood, dalam papernya membantah penelitian yang dilakukan oleh Zharkova dengan perhitungan suhu belahan bumi utara bersama dengan banyaknya sunspot dan tingkat partikel vulkanik di atmosfer selama satu milenium terakhir .

Dalam perhitungan tersebut dipaparkan bahwa penurunan suhu yang terjadi pada tahun 2030an hanya sekitar 0.5oC dari rata-rata suhu pada abad ke-20. Padahal, Little Ice Age (LIA) dapat terjadi ketika suhu rata-rata bumi mengalami penurunan 4-8oC dari rata-rata suhu pada abad ke-20.

Grafik Perhitungan Suhu Belahan Bumi Utara Bersama dengan Banyaknya Sunspot dan Tingkat Partikel Vulkanik di Atmosfer selama Satu Milenium Terakhir (Sumber : The Maunder Minimum And The Little Ice Age)
Grafik Perhitungan Suhu Belahan Bumi Utara Bersama dengan Banyaknya Sunspot dan Tingkat Partikel Vulkanik di Atmosfer selama Satu Milenium Terakhir (Sumber : The Maunder Minimum And The Little Ice Age)
Walaupun pendinginan matahari dapat disebabkan oleh fase quite phasepada matahari, namun sebuah makalah yang menyimpulkan beberapa penelitian potensi dampak iklim dari matahari masa depan yang diprakarsai oleh Mathew Owens dari Universitas Reading membantah bahwa fase quite phasepada matahari mampu memberikan dampak besar pada penurunan suhu di bumi . Dalam setiap kasus, dapat disimpulkan bahwa quite phase pada matahari tersebut akan menyebabkan pendinginan kurang dari 0,3 C. Hal ini hanya dapat mengurangi dampak pemanasan kurang dari setengah dekade.

Selain itu, Ilya Usoskin, kepala Oulu Cosmic Ray Station dan Wakil Direktur ReSoLVE Center of Excellence in Research, memberikan kritik terhadap model surya Zharkova. Mereka mengemukakan bahwa model ini gagal dalam mereproduksi aktivitas matahari yang diketahui sebelumnya karena tim Zharkova memperlakukan matahari sebagai sistem sederhana yang dapat diprediksi seperti pendulum. Padahal kenyataannya, matahari memiliki lebih acak dan tidak dapat diprediksi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dari Zharkova tidak dapat diaplikasikan untuk penentuan terjadinya Little Ice Age (LIA). Tetapi hanya mampu mencoba memprediksi kapan fase quite phase matahari berikutnya akan terjadi. Walaupun begitu, kejadian quite phase matahari ini tidak mampu menentukan kejadian Little Ice Age (LIA) karena dampaknya sangat kecil.

Daftar Pustaka: 1, 2 

Kelly, M and C Grda, (2013), "The Waning of the Little Ice Age", Journal of Interdisciplinary History 44(2):301---325.

Owens M.J., M. Lockwood, E. Hawkins, I. Usoskin, G.S. Jones, L. Barnard, A. Schurer, J. Fasullo, The Maunder minimum and the Little Ice Age: an update from recent reconstructions and climate simulations, J. Space Weather Space Clim. 7, A33, 2017, doi: 10.1051/swsc/2017034

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun