Implementasi SLiMS dilakukan secara bertahap: mulai dari pendataan koleksi, pelabelan ulang, hingga pembuatan barcode untuk memudahkan transaksi peminjaman dan pengembalian buku. Hasilnya, perpustakaan sekolah kini tidak hanya lebih rapi, tetapi juga lebih siap menyambut akreditasi dan menjadi pusat belajar berbasis teknologi.
Masyarakat sebagai Mitra
Menariknya, kegiatan ini tidak berhenti di dalam sekolah. Mahasiswa juga aktif berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Mereka mengajar di TPA, mengikuti pengajian, membantu kegiatan Posyandu, hingga mendukung peringatan Isra' Mi'raj bersama warga. Dalam proses ini, mahasiswa belajar bahwa keberhasilan program bukan hanya soal pencapaian target, tetapi tentang membangun kepercayaan dan hubungan emosional dengan masyarakat.
Â
Rekomendasi untuk Masa Depan: Menyambung Asa, Menjaga Jejak
Dari pengalaman ini, muncul beberapa rekomendasi penting agar program serupa di masa depan bisa lebih berkelanjutan:
- Untuk sekolah, sangat penting menjaga kelangsungan penggunaan SLiMS dan menjadikan program literasi serta pendidikan karakter sebagai bagian dari kurikulum harian.
- Untuk masyarakat, kegiatan TPA dan pengajian ibu-ibu perlu terus dikembangkan dengan dukungan regenerasi pemuda agar tidak berhenti pada satu generasi saja.
Dalam dunia yang semakin digital, kita sering lupa bahwa akar pendidikan ada pada nilai-nilai kemanusiaan. Namun bukan berarti teknologi diabaikan. Keduanya justru harus saling menguatkan. Inilah yang tercermin dari integrasi literasi, pendidikan karakter, dan otomasi perpustakaan yang dilakukan di SD Islam Az-Zahrah Palembang.