Beberapa waktu lalu, saya berkenalan dengan seseorang melalui chat anonim di Telegram. Awalnya kami ngobrol tentang hal-hal random, yang entah kenapa selalu terasa seru. Dia, seorang laki-laki asal Malaysia dengan umur 20 tahun. Kami beda negara dengan selisih waktu 1 jam.
Hal yang melekat di memori ingatan saya adalah ketika ia mengirim sebuah foto gunug yang memperlihatkan betapa indahnya alam ciptaan tuhan. Dari ceritanya ia sangat mencintai alam, bahkan setiap akhir pekan libur kuliah ia selalu menyempatkan waktunya untuk mendaki. Dari nya saya jadi tahu banyak hal. Salah satunya ialah gunung tertinggi di malaysia adalah Kinabalu dengan ketinggian 4095 mdpl.
Selain soal gunung, kami juga sering ngobrol random, saling berbagi cerita, bahkan tentang pendidikan dan pengalaman hidup. Dari ceritanya, saya baru tahu bahwa di Malaysia, setelah lulus SMA mereka menjalani masa persiapan yang disebut "Asasi" sebelum memasuki jenjang universitas berbeda dengan di Indonesia, di mana biasanya siswa langsung melanjutkan kuliah. Proses Asasi itu ternyata mencakup mata pelajaran dasar yang mematangkan pemahaman dan mempersiapkan siswa baru menghadapi tuntutan akademik.
Jadi, menurut pandangan saya dunia maya bukanlah tempat yang menakutkan seperti yang dipikirkan banyak orang. Berkomunikasi dengan orang-orang dari negara berbeda, dengan latar belakang yang berbeda, ternyata menyenangkan dan memberi banyak sudut pandang baru. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, percakapan sederhana bisa membawa kita lebih dekat, membuka pikiran kita, dan mengingatkan bahwa dunia ini lebih luas daripada yang kita kira. Tapi harus tetap hati-hati yaa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI