Namun saya percaya, doa adalah kunci yang sanggup membuka pintu pengharapan. Dan benar, perlahan-lahan saya mulai melihat perubahan.
Adik rohani saya yang dulu penuh dengan rasa putus asa, kini mulai bisa tersenyum lagi.
 Ia tidak lagi terjebak dalam kalimat "saya gagal," melainkan mulai belajar berkata, "saya bisa bangkit."
Ia sendiri pernah mengaku kepada saya, "Kak, terima kasih sudah mau mendengar.Â
Doa itu membuat saya sadar kalau saya tidak sendirian. Tuhan ternyata masih peduli."
Kalimat itu sangat meneguhkan saya sebagai kakak rohani. Saya belajar bahwa peran saya bukan untuk menyelamatkan atau memberi solusi instan, melainkan menjadi saluran kasih Tuhan lewat doa dan pendampingan.
 Tuhanlah yang bekerja memulihkan, doa hanyalah jalan yang membuka hati agar kuasa-Nya masuk dan mengubah keadaan.
Kisah ini mengingatkan saya pada Mazmur 34:18, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."
 Saya melihat sendiri kebenaran firman ini melalui hidup adik rohani saya.Â
Tuhan benar-benar dekat pada mereka yang hancur, dan doa menjadi bukti nyata bagaimana kegagalan bisa berubah menjadi kekuatan baru.
Refleksi: