Mohon tunggu...
Politik

Bumi Beserta Para Penghuninya Enggak Ada yang Ngerti

21 Oktober 2015   09:40 Diperbarui: 21 Oktober 2015   10:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bumi adalah wadah, tempat penghidupan makhluk hidup dan benda mati yang diciptakan oleh Allah swt. Penghuninya banyak sekali beragam jenis bentuk dan tingkatan serta kekuatan. Salah satunya adalah manusia yang memiliki pikiran dan hati.

            Bila kita membahas semuanya satu persatu. Tentu tidak akan habis-habisnya. Lebih-lebih dalam tulisan dan pikiran yang terbatas ini. Namun setidaknya, kita akan lebih fokus mengungkapkan mistri bumi dan penghuninya.

            Sebagai wadah, bumi memang tak akan mengerti segala apa yang dilakukan oleh penghuninya. Diekspoloitasi juga akan bersikap diam. Dirunyahkan sebagian sendi-sendinya dengan berbagai senjata peperangan yang canggih, tak akan berkata apa. Tapi setidaknya kita harus yakin bahwa kelak dia akan menjadi saksi atas segala tindak tanduk (pergaulannya) dengan penghuninya. Bahkan, bisa langsung merespon gejala-gejala yang dilakukan oleh manusia terutama yang melakukan hukum klausal di dalamnya secara berlebihan. Kendati bumi tidak hidup makan minum seperti manusia, dia dapat menghukum dan sesekali memberi prestasi gemilang kepada para penghuninya yang ngerti dan mau menelitinya.

            Bagaimana banyak masyarakat di bumi persada ini tak meraih apa yang dicita-citakannya. Kawasan negara Arab, dari semenjak dia lahir sampai sekarang tak pernah lepas dari kekerasan, peperangan sehingga rakyatnya pada ketakutan. Padahal, situasi perdamaian sangat mereka dambakan. Namun apa yang terjadi? Nyawa bergelimpangan, darah bercucuran, anak-anak yang tak berdosa menjadi korban keserakahan. Belum lagi berbagai infrastur dan kebudayaan runyam tak terelakan. Bumi dan penghuninya tidak ngerti.

            Di Indonesia, bangsa yang sudah 70 tahun memproklamirkan kemerdekaannya. Sampai sekarang perjalanannya terseok-seok. Kemiskinan semakin meningkat, lapangan pekerjaan susah, katidakadilan dalam berbagai bidang, korupsi menjadi-jadi, krisis ekonomi, nilai rupiah anjlok, ekspor menurun, banjir bandang setiap musim hujan, kebakaran hutan jutaan hectare setiap setiap musim kemarau, kejahatan, kekerasan dan segala bentuk permasalahan lainnya. Padahal masyarakatnya, sangat menginginkan kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana bunyi pembukaan UUD 1945. Bumi dan penghuninya tidak mengerti.

            Secara garis besar. Lingkup dunia. Seluruh masyarakatnya sangat mendambakan segala sesuatu, tak terkecuali perdamaian dan kemakmuran. Tapi mengapa dalam pasar dunia persaingan-persaingan kotor dilegalkan. Sekali lagi, bumi dan para penghuninya tidak mengerti.


            Apalagi kita berbicara yang lebih khusus lagi, mengenai cinta yang mengendap di dalam hati. Banyak sekali umat manusia ini tersakiti gak ada yang peduli. Cinta dibalas benci, kebaikan di balas kejahatan. Tidak sehatnya kesempatan peluang antara yang kaya dan miskin dalam berbagai hal. Padahal, cinta itu tulus dan satu-satunya, niat baik itu utuh dan seikhlasnya. Dan si miskin itu manusia, bukan orang utan. Bumi dan penghuninya tidak ada yang ngerti.

 

Menggugat diri

            Ketika bumi dan para penghuninya tidak ada yang mengerti. Apakah kita akan mati? Tidak kawan-kawan. Kita harus menggugat diri, lari sekencang-kencangnya mengisi kemerdekaan yang sudah dianugerahkan. Kekuatan dan kemampuan kita ada pada diri kita sendiri. Tak usah bergantung pada orang lain, namun harus bergotong-royong. Ketika bumi tidak mengerti maksud dan tujuan kita? Jawabannya “usaha dan tunaikan!” Jangan hiraukan perkataan orang. Kita berhak bebas menentukan pilihan. Sepere aude!

            Semangat bertualang harus dikerahkan sehabis-habisnya. Kita harus berani mengatakan dengan tegas. Ini dadaku mana dadamu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun