Mohon tunggu...
Adi
Adi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengatasi Bonus Demografi Indonesia

21 September 2016   00:21 Diperbarui: 4 April 2017   16:30 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.huffingtonpost)

Tahukah Anda tentang Bonus Demografi? Pengertian mudahnya tentang Bonus Demografi adalah kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif meningkat. Kenapa dikatan bonus, singkatnya hal ini karena jarang terjadi pada setiap Negara terjadi bonus demografi.

Melihat Proyeksi Bonus Demografi

Usia yang produktif merupakan salah satu factor mempengaruhi perkembangan sebuah Negara. Usia produktif memiliki rentangan 15 tahun sampai 64 tahun. Hal ini bisa dilihat masa semangat produktif seseorang terjadi pada rentangan usia tersebut.

Ilustrasi (dok. seputarpembahasan)
Ilustrasi (dok. seputarpembahasan)
Proyeksi Bonus Demografi sudah mulai dibaca Pemerintah. Dalam buku tentang Bonus Demografi yakni “Siapa Mau Bonus? Peluang demografi Indonesia” yang diterbitkan Kominfo Tahun 2012 banyak memprediksi bahwa bonus demografi di Indonesia puncaknya akan terjadi pada tahun 2028 sampai tahun 2031 dengan arti pada saat tahun 2028-2031, satu (1) usia seseorang yang tidak prosuduktif (0-15 dan 60 lebih) akan ditanggung oleh dua (2) orang lebih usia seseorang yang prukduktif (Usia 15-60 tahun).

Melihat perkembangan demografi di Indonesia ditemui prediksi bahwa pada 2028-2031 ada lebih dari 2 orang bekerja di usia produktif yang menanggung 1 orang. Diprediksi Indonesia akan mendapatkan bonus demografi usia produktif (15-64 tahun) dalam rentang tahun 2020-2030 mendatang. Jumlah usia produktif diperkirakan akan mencapai angka 70 persen dibandingkan dengan usia tidak produktif yang hanya sekitar 30 persen.

Merujuk data Disnakertrans dan kepedudukan Jawa Timur dari Sensus penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dengan rata-rata anka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49% per tahun. Jika LPP tetap sebesar 1,49% maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan mencapai 450 juta jiwa.

Beberapa Negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, yakni Tiongkok yang pertumbuhan ekonominya sebelum bonus demografi menjadi 9,2 persen, Korea Selatan dari 7,3 menjadi 13,2, Singapura dari 8,2 meningkat menjadi 13,6 dan Thailand dari 6,6 meningkat tajam menjadi 15,5. Melihat perkembangan negara lain ini perlu dicermati dengan sungguh-sungguh agar Bonus Demografi bisa dimanfaatkan Indonesia lebih baik dari negara lain. Maksudnya agar harapan yang mengaca pada negara lain sama atau lebih baik dari kenyataannya nanti, oleh karenanya perlu cara-cara untuk mengatasi Bonus demografi.

Melihat pengalamnan Negara lain yang berhasil memanfaatkan Bonus Demografi, layaknya Indonesia sebagai Negara yang besar penduduknya pun bisa memanfaatkan hal itu. Bukan hanya tugas pemerintah, masyarakat perlu memanfaatkan Bonus Demografi dengan baik agar generasi saat terjadinya hal tersebut bisa menjadikan negeri ini lebih baik dan berkembang.

Ilustrasi (dok.123rf)
Ilustrasi (dok.123rf)
Menyiapkan Generasi saat Bonus Demografi

Bonus Demografi perlu cara untuk Mengatasinya, agar Indonesia bisa meraih nilai positif pada Bonus Demografi. Hal yang tentu menjadi penting adalah mempersiapkan masyarakat saat terjadinya Bonus Demografi. Pada 2030 hingga rujukan dari Bank Dunia, Indonesia menjadi Negara terbesar ke-7 dalam hal jumlah penduduk.

Usia Produktif tentu sangat berkaitan dengan kepemudaan. Oleh karenanya, peran pemuda sangat penting dalam membangun bangsa ini terlebih dalam Bonus Demografi. Perlu pula adanya kebijakan nasional kepemudaan tanah air. Setidaknya demikianlah kata Ardiansah ketua Balitbang PB HMI, “Harmonisasi kebijakan ini haruslah memperhatikan laju pertumbuhan dan sebaran penduduk, tingkat pendidikan dan produktivitas, serta akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Dan tidak lupa pula adanya partisipasi publik dalam proses politik di Indonesia”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun