Malam ini Aku ada janji ketemuan dengannya, untuk melanjutkan obrolan yang terputus saat penerbanganku Delay 90 Menit. Banyak pertanyaan muncul dibenakku ketika mengingat kembali pertemuan tersebut, koq dari Bali Bisa nyampe ke Pekanbaru? "Yaa bisa aja kali, namanya juga usaha" jawabku dalam hati.
Akhirnya moment itu tiba, sebelum makan durennya rampung Saya mulai bertanya.
"Kenapa sih repot-repot merantau ke Sumatera. Padahal peluang utk sukses di Bali sangat terbuka" Sahutku.
"Betul pak Smart, awalnya Saya juga mikirnya begitu" Katanya simple.
"Terus, kenapa bisa terdampar di Pekanbaru" kataKu bercanda.
"Saya punya obsesi, pengen jadi orang sukses". Katanya mulai bercerita.
"Saya mengawali bekerja sebagai montir di Bengkel Om Saya di Denpasar. Saya jadi montir selama 3 tahun dengan suka duka yang beragam. Maklum Saya hanya tamatan SMK otomotif dan yang terpikir saat itu kerja di Bengkel. Saya jalani kehidupan rutin, bergumul dengan oli, minyak rem dan riuhnya bengkel.
"Suatu hari Saya ngobrol-ngobrol dengan OM Saya, kira-kira ke depan Saya harus ngapain. Kemudian terbersit ide untuk bertanya apakah Om Saya punya rencan untuk buka cabang sehingga Saya bisa naik pangkat jadi kepala Montir atau suprvisorlah. Ternyata Om Saya ga pernah berfikir ada bengkel cabang, karena dengan yang ada saja sudah membuat Beliau puas".
Jujur Saya gelisah dengan jawaban tersebut. Mau menjelaskan rencana Saya seperti apa, tiba-Om Saya Cuma bilang, "Sudahlah, Kamu kerja saja yang baik , kalo udah mahir Om naikin gajimu".
"Akhirnya saya mikir, Gimana kalo Saya merantau saja. Siapa tahu di rantau nasib bisa berubah. Toh kalau mepet jadi montir juga ga papa, Tapi harus di bengkel yang besar.
Terus mau merantu kemana? Ke Jakarta? Wuaduh dengar nama Jakarta aku kder. Atas saran teman, Aku ada dua pilihan, ke Sumatera atau Kalimantan. Ngebayangin Sumatera koq hatiku senang, serasa ada panggilan hati untuk merantau ke Sumatera.