Mohon tunggu...
Wulansih Sekarjati
Wulansih Sekarjati Mohon Tunggu... -

Flaneur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Volkswagen

26 Desember 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sambil menyetir Volkswagenku dengan kecepatan 60 km/jam, aku meraih sebuah botol minuman di bangku depan mobilku. Kemudian aku membuka tutup botolnya dan segera meminum air di dalamnya. Aku meneguk air beberapa tegukan. Seperti orang yang mengalami dehidrasi cukup lama, aku mengakhiri kepuasanku minum air mineral itu dengan membuang nafasku dalam-dalam dari mulut. Merasakan kelegaan dalam perjalanan panjang. Hari itu memang cerah, namun matahari memang menyinari daerah yang kulewati itu dengan sekuat tenaganya. Sehingga aku merasa selalu haus dalam perjalananku.

Tak mempedulikan kehausanku, aku tetap senang melintasi rumah-rumah, gedung-gedung, toko-toko, dan sekolah-sekolah dengan menaiki volkswagenku yang terus melaju bersama kendaraan-kendaraan lain. Sesekali membunyikan klakson untuk memberi peringatan kendaraan lain dan sesekali aku melihat-lihat kendaraan lain saat berhenti di lampu merah. Banyak kendaraan mewah yang melintas saat itu. Volkswagen yang aku kemudikan memang bukan Volkswagen yang mewah. Entah jenis Volkswagen tahun berapa, namun aku merasa mobil ini adalah mobil terunik bagiku. Aku memang tidak tahu menahu tentang dunia otomotif, aku hanya melihat mobil dari sisi keindahannya. Volkswagen yang begitu unik dengan warna coklat krem di bodynya membuatku selalu tertarik untuk mengajaknya jalan-jalan.

Tak lama kemudian akhirnya aku dan kawanku yang unik itu terhenti di sebuah lampu lalu lintas di perempatan jalan yang cukup ramai dengan kendaraan-kendaraan berat. Sambil menunggu detik waktu di lampu lalu lintas yang berjalan mundur dari angka 125 aku memeriksa ponselku yang dari tadi tidak berdering. Aku masih sibuk dengan mengotak-atik ponselku. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul di samping jendela kaca mobilku. Seseorang yang tampak aneh dengan kostum dan riasan wajahnya yang menor mengamen di samping mobilku. Sambil menyanyikan lagu dangdut yang aneh dan dengan suara yang tidak merdu, ia memainkan alat musik yang menyerupai tamborin itu dengan gayanya yang centil dan menggoda. Karena rasa geli dan takut, cepat-cepat aku memberikan koin untuknya. Tak lama kemudian lampu merah berganti lampu hijau, volkswagenku segera melaju. Aku kembali mengemudi dengan santai dan tenang.

Tak lama kemudian ponselku berdering. Sebuah pesan singkat telah masuk. Seperti yang tidak aku harapkan, ternyata hanya pesan singkat dari operator yang mengingatkan bahwa ada telepon gratis setelah melakukan panggilan keluar satu menit. Hal-hal kecil seperti itu sering memenuhi inbox di ponselku akhir-akhir ini. Namun dengan pengetahuanku yang bisa dibilang sok tahu, aku selalu mengomentari “mana ada di dunia ini yang gratis”, selain itu “pasti gratisannya juga cuma satu menit”. Aku tak mempedulikan pesan itu dan tetap melaju dengan kecepatan konstan 60km/jam.

Karena kebosananku di jalan yang tak kunjung sampai tempat tujuan, aku membuka akun facebook. Sambil menyetir perlahan, aku membaca beberapa status yang tampil di wall akunku. Aku beranggapan seseorang boleh mencurahkan isi hatinya lewat akun itu, tapi kalau setiap menit berganti status, apakah itu tidak berlebihan? Dengan tidak bosannya setiap menit selalu berganti status, padahal statusnya tidak menarik untuk dikomentari. Tapi itu hak setiap orang, aku tak berhak melarangnya. Akhirnya aku tidak membuat status apapun dan hanya tersenyum kecut melihat beberapa status teman-temanku. Bukan berarti mengejek, tapi itu hanya sebuah keherananku.

Aku menambah sedikit kecepatan mobilku. Aku melaju agak cepat. Kembali aku dikejutkan dengan suatu hal yang lucu. Seorang lelaki pengendara motor yang melaju dengan kecepatan yang sama dengan mobilku sedang berada di sebelah kiriku. Pengendara itu memboncengkan seorang wanita, sepertinya wanita itu istri pengendara itu, dan memboncengkan seorang anak kecil balita yang didudukkan di antara pengendara laki-laki dan wanita itu. Hal yang lucu adalah wajah polos anak balita itu yang sedang tidur di antara laki-laki dan wanita itu. Anak itu tidur dengan muka yang setengah menghadap ke langit, dan ia tidur dengan mulutnya yang terbuka. Tak sadar ternyata cuaca saat itu sudah mendung, dan gerimis pun mulai datang. Aku melihat anak yang sedang pulas tertidur tadi bangun dengan kekagetannya yang luar biasa. Aku rasa ia terbangun karena ada air hujan yang membasahi tenggorokannya. Dia pun dengan cepat mengatupkan kedua bibirnya dan mengusap-usap matanya. Akhirnya dia membuka matanya dan segera mengadaptasikan matanya dengan lingkungan yang mendung ini. Aku tertawa lebar melihat tingkah anak yang tiba-tiba terbangun itu.

Hujan pun bertambah lebat. Para pengendara motor segera menepi ke tempat yang teduh untuk mengenakan mantel dan berteduh, begitu pula dengan pengendara dan keluarganya yang baru saja menjadi bahan leluconku tadi. Cuaca yang aneh, ternyata hujan itu hanya sesaat. Cuaca kembali panas dengan matahari yang memancarkan sinarnya sekuat tenaga.

Beberapa kejadian telah kulewati dalam perjalananku bersama Volkswagen unik ini. Tak terasa aku sudah melewati beberapa lampu lalu lintas dan beberapa pos polisi. Sesampainya di sebuah lampu lalu lintas, entah yang ke berapa kalinya, mataku selalu saja tertuju pada angka merah yang berhitung mundur dari 125 hingga nantinya akan berubah warna hijau. Bosan hanya dengan melihat angka yang tak begitu usai menuju angka nol, aku mengalihkan perhatian di sekelilingku, memperhatikan pengendara-pengendara lain yang juga tampak kepanasan dengan cuaca hari itu. Tak sengaja aku melihat seorang laki-laki yang mengendarai motor vixion sedang berada di samping kiri mobilku. Aku memandanginya dari sisi kiri kaca jendela mobilku. Lelaki bertubuh kekar itu sekilas tampak mirip tokoh idolaku di film Twilight saga, si srigala Jacob Black. Sebuah pemandangan yang agak mengagumkan untukku karena lelaki itu cukup tampan untuk masuk kriteria cowok idamanku. Tak kusangka detik waktu yang cukup banyak, kini berubah cepat dan tak terasa lampu hijau menyala. Terdengar beberapa orang membunyikan klakson kendaraan mereka untuk memberi peringatan supaya kendaraan di depannya cepat beranjak dari lampu lalu lintas itu. Begitu pula dengan aku yang segera melaju dengan mobil unikku. Karena lelaki itu sudah melaju dengan kecepatan yang tinggi dan tak terlihat lagi, akupun melupakan pandanganku yang sesaat itu. Aku kembali berkonsentrasi ke jalan, jalan yang ramai dengan cuaca yang panas itu. Suasana panas dan monoton yang membuat pikiranku melayang.

Tiba-tiba sebuah suara samar-samar terdengar di telingaku, “Besok aku mampir ke tempatmu dulu ya sebelum kuliah.” Aku terdiam dan menerka-nerka kembali kalimat yang kudengarkan tadi. “Woii…!!” sebuah teriakan yang kencang mendengung di telingaku dan sebuah tepukan keras mendarat di pahaku. Aku tersentak kaget dari lamunanku. Mataku terbelalak melihat tempat di sekelilingku.

“Iya… iya, aku turun,” aku menjawab dengan ketus. Aku segera turun dari motor dan melihat-lihat keadaan sekitarku.

Sesuatu yang amat melelahkan bagiku untuk menempuh perjalanan yang diselimuti hawa panas dengan menumpangi motor selama satu jam, sehingga membuatku berkhayal tentang mobil Volkswagen. Inspirasiku begitu saja keluar ketika aku melihat lalu lalang kendaraaan di sekitarku. Aku tiba-tiba teringat akan mobil Volkswagen yang lebih dikenal dengan mobil kodok itu. Aku memang tidak melihat mobil Volkswagen melintas saat itu, namun tiba-tiba terlintas saja mobil unik itu di kepalaku. Saat itu pula aku mulai berkhayal tentang mobil Volkswagen yang kuno itu, aku berkhayal menumpangi mobil itu dan menyetirnya sendiri. Entah itu hanya khayalan belaka atau sebuah mimpiku untuk memiliki Volkswagen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun