Mohon tunggu...
Sejo Qulhu
Sejo Qulhu Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writter Travel Vloger

Saya santri kampung, tapi bukan santri kampungan!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku dan Tom Sawyer

9 April 2020   20:16 Diperbarui: 9 April 2020   20:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Setiawan Jodi Fakhar

Aku sangat merindukan masa kanak-kanakku dulu. Rindu bermain bersama teman-teman "ngebolang" (baca:bertualang) ke sawah, menyusuri parit, memancing belut hingga mencari serangga; mulai dari papatong, belalang, hingga lege atau kumbang air. Semua jenis serangga kami kenal, terlebih kami sangat khatam mengenal jenis-jenis capung!

"Capung Raja. Itulah yang paling sulit dicari!" sahut Dadi temanku ketika telunjuk dan ibu jariku hendak menggapitnya. Karena berisiknya suara temanku capung itu malah terbang. Aku gagal menangkapnya.

"Ah, sial kau, Dad." Sergahku

Lalu kami hanya mendapatkan jenis capung 'tentara' saja, yang warnanya hijau dan capung 'bulan' dan capung 'jarum'. Ah, betapa aku rindu pada masa kecilku. Masih adakah anak-anak sekarang yang bermain-main sepertiku dahulu? 

Ketika aku pulang ke kampung halamanku di Pandeglang, sepertinya sudah tidak ada lagi. Mungkin spesiesnya semakin sedikit atau bahkan punah. Oleh karena penggunaan bahan kimia untuk pupuk semakin meningkat, maka bisa jadi itu menjadi faktor mengapa capung menjadi langka.  

Selain bermain capung, aku kira jarang sekali anak-anak sekarang bermain dengan derasnya air sungai, membelah gedebong pisang lalu  dijadikannya perahu-perahuan untuk berlayar. 

Tidak ada lagi anak-anak bertualang menjelajahi hutan. Lalu  dicarinya belalang, berbagai jenis capung warnanya nan indah, kumbanglalu dimainkannya menggunakan tali rapia panjang ukurannya yang tipis, diputar-putar di atas kepala lalu terbang sekitar di ketinggian sepuluh kaki, mendarat tak tentu arah, terkadang terpaut di ranting daun pohon yang rimbun adalah sebuah kemustahilan. 

Masih adakah anak-anak zaman sekarang, bermain-main petak umpet di malam hari, menguji keberanian merasakan mitos tentang hantu-hantu? Bermain  gobak, karet, bola kasti, benteng-bentengan, kelereng, monopoli, bermain gambar dengan mengadukan tangansiapa yang tinggi angkanya dialah pemenangnya? 

Masih adakah anak-anak zaman sekarang ke tempat wisata dengan berjalan kaki, melewati pegunungan, berjalan di atas pematang sawah dengan berhati-hati melewatinya, karena takut jatuh. Ketika di tengah perjalanan masih ada saja hal-hal yang tidak terdugadikejar-kejar anjing liar? Aku kira itu sudah tidak ada.

Aku kembali teringat dan tergugah melihat masa kanak-kanakku itu ketika di masa lockdown pandemi Virus COVID-19 ini, membaca novel karangan Mark  Twain yang berjudul 'The Adventures of Tom Sawyer'. Kubaca halaman demi halamannya tanpa merasakan kejenuhan sedikit pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun