Suara petir begitu keras terdengar dari arah timur yaitu persawahan dari kejauhan rumah keluarga sederhana itu, Istri pak darman mulai khawatir dan takut terjadi apa-apa yang menimpa suami nya, Yanto yang sedang minum tiba-tiba gelasnya pecah. Makin menjadi-jadi saja prasngka buruk menyelimuti pikiran istri pak darman
"Ya Allah, Lindungilah suami Hamba" Sambil mengangkat tangan dan mukanya menegadah ke langit, seraya sembari mengucapkan kalimat La Haula Wala Kuwwata Illa Billah, mulutnya semakin kencang kumat-kamit, karena memikirkan suami tercinta nya yang sedang bekrerja keras di Sawah
Namun apa yang terjadi, malang nasib menimpa keluarga kecil sederhana ini. Suasana sedih pun menghampiri Istri Pak Darman dan anaknya Yanto. Pak Darman meninggal menggenaskan di sawah, sekujur tubuhnya gosong, ternyata petir itu menyambar cangkul yang ada persis di dekatnya kata saksi mata yaitu Pak Aji.
"Bu, Esih yang sabar ya, ikhlaskan Bu, Ikhlaskan. Semua ini milik hanya Allah, dan akan kembali kepada-Nya, Aji sudah membujuk darman, tapi darman masih saja kerja keras, dengan alasan untuk biaya sekolah anak, saya nggak bisa melarangnya" Gumam Aji kepada Istri Pak Darman, dengan wajah sedih dan air mata yang bercucuran karena kehilangan seorang sahabat baiknya
Kini Ibu Esih hanya tinggal berdua dengan Yanto, anak semata wayangnya. Dan Bu Esih mencari nafkah dengan memuka usaha kecil-kecilan di rumahnya dan berdagang gorengan di sekolahan yanto, hinnga yanto tumbuh besar dan menjadi anak yang sukses. Mereka tetap sabar menjalani getir pahitnya kehidupan karena Allah telah berfirman "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan" (Qs. Al Insyirah: 5-6) Â Â Â Â