Mohon tunggu...
Sejo Qulhu
Sejo Qulhu Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writter Travel Vloger

Saya santri kampung, tapi bukan santri kampungan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cangkul Pak Tani

10 April 2019   00:28 Diperbarui: 10 April 2019   15:23 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Yasudah kalau begitu, Ibu bungkuskan saja ya pak, nasinya. Kan harus butuh tenaga yang kuat, nanti kalau bapak ngga makan dulu, ibu khawatir, bapak kenapa-kenapa, nanti yang repot siapa?" Sahut Ibu

"Iya Bu, doakan saja yang terbaik buat bapak, semoga tetap sehat, rezekinya lancar, dan panennya gak gagal"

"Iya Pak, Aamiin. Hati-hati ya pak"

Pak Darman meninggalkan rumah, menuju ke sawah. Sebelum ke sawah Pak Darman terlebih dahulu mengecup kening Istrinya, suasana bahagia dan harmonisnya keluarga sederhana itu.

Pagi hari menjelang siang Pukul 08.00 WIB, Pak Darman sampai di sawah. Sawah yang Indah, pepohonan hijau, menghiasi persawahan milik masyarakat warga Menes Pandeglang-Banten. Padi yang hijau kekuning-kuningan menandakan sudah saatnya dipanen. Burung galejra dan burung Pipit pun ramai mendekati padi yang hendak di panen oleh para petani.

Tiba-tiba awan mulai gelap, menandakan akan turunya hujan, burung-burung berterbangan sesegera mencari tempat teduh agar tidak terkena air hujan. para petani pun khawatir dan berdoa semoga tidak terjadi hujan, karena memanen harus tetap dilakukan, mau itu hujan atau pun panas, jika tidak dilakukan maka yang teradi adalah gagal panen, hal yang tidak di inginkan oleh petani.

Hujan pun langsung mengguyur persawahan, begitu deras air yang turun dari langit, air sebesar biji semangka itu membasahi persawahan milik petani, namun hujan tak kunjung reda, malah makin membesar disertai angina kencang dan badai, petir yang sangat keras dentumannya hingga memberisikan telinga, namun Pak Darman masih tetap saja Ngagebot Pare, karena Ia takut hasil panennya gagal, ia memasukan perlahan padi ke dalam karung besar yang Iya bawa, dan separuh ia taruh di Saung teduh di dekat Sawahnya

"Man, Ngges hela  Ih. Ja hujan, Istirahat hela loba guludug bisi kasamber" sahut Pak Aji

"Muhun Ji, lamun urang ngerereuh, anak tebisa sakola, Ji. Urang keur butuh duit jeung bayar SPP" Jawab Pak Darman

"Nya ngges atuh, ai kitumah" Sahut Pak Aji dari kejauhan di tempat teduh milik nya

Ibu Esih sedang bergegas menuju sekolahan anaknya Yanto, Ia menjemputnya dan membawa paying untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Sesekali rasa khawatir menyelimuti pikiran Ibu Esih, karena pasti suami nya terus kerja keras memanen padi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun