Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendidik Generasi ABCD (Aqil, Baligh, Cerdas, Dewasa)

2 Februari 2020   22:48 Diperbarui: 2 Februari 2020   22:56 3307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.picuki.com/tag/Fitrahmanusia

Konsep Remaja
Remaja adalah sebuah fenomena. Istilah remaja itu adalah istilah yang dikenal pada akhir abad 19 atau awal abad 20. Sebelumnya tidak ada istilah remaja. 

Istilah remaja muncul sejak era Revolusi Industri dan sekolah. "Kenapa orang barat membuat konsep remaja?", karena istilah remaja adalah teori konspirasi era revolusi.

Remaja Sebuah Tragedi
Remaja adalah kondisi dimana mereka sudah baligh, namun belum aqil. Bukan anak tapi sudah dewasa. Periode transisional dengan rentang sangat panjang. Tidak produktif, bahkan konsumtif, dan destruktif. Remaja adalah generasi galau, bingung dengan identitas, status, dan posisi sosial.

Penelusuran Ilmiah tentang Remaja
Seluruh literatur ilmiah hingga akhir abad 19 tak mengenal terminology remaja. Berubah-ubahnya periodisasi masa remaja (Hurlock) membuktikan bahwa fase ini tidak ajeg. 

Dalam sebuah penelitian psikologis lintas budaya membuktikan bahwa fenomena remaja itu tak universal. Pada suku-suku terasing di Samoa (the study of Samoa), Papua, Baduy dalam, konsep atau ciri-ciritu remaja tidak tampak pada masyarakat disana. 

Periodisasi perkembangan kognitif (Piaget), seksual (Freud), social (Erikson) dan moral (Kohlberg) tak mengenal fase remaja. Dalam dunia kedokteran hanya ada istilah Pedagogi untuk anak dan Andragogi untuk Dewasa. Tidak ada istilah remaja.

Aqil Baligh dalam Islam
Islam mengenal istilah Aqil Baligh. Baligh adalah kedewasaan fisik, sedangkan Aqil adalah kedewasaan mental. Masalah terjadi ketika Baligh dan Aqil ini tidak sepaket berjalan bersamaan. Baligh berhubungan dengan nutrisi. Para bunda over sukses dengan memberi nutrisi pada anak, sehingga kini masa baligh bisa terjadi pada usia sangat dini seperti 9 tahun.

Sedangkan Aqil berhubungan dengan kedewasaan mental, yang menurut teori psikologi makin lama makin lambat munculnya. Kedewasaan mental kini muncul di usia 22-24 tahun. 

Di sinilah masalah muncul. Kita pun mengenal istilah remaja. Sudah Baligh tapi belum Aqil. Terciptalah periode transisional dalam rentang yang panjang. Dalam Al Quran juga disebutkan mengenai perlunya kita berlindung dari masa-masa transisi seperti ini.

Dalam Islam, Aqil dan Baligh disiapkan dalam 1 paket. Tidak bisa dipisah-pisah. Paling lambat usia 15 tahun Aqil dan Baligh itu sudah bisa tercapai. Bagaimana caranya? Siapa yang bertanggung-jawab meng-aqilbaligh-kan anak?

Perlu dipahami bahwa penanggung jawab utama pendidikan adalah ayah. Bukan bunda! Bunda adalah pelaksana pendidikan. Dalam sejumlah referensi islami ditemukan tokoh parenting yang terkenal adalah laki-laki. Ada nama Lukmanul Hakim, seorang budak berkulit hitam yang petuah-petuahnya untuk anak-anaknya menjadi referensi parenting hingga kini. Namanya bahkan diabadikan dalam Al Quran.

Saat ini, sebagai korban revolusi industri, para ayah menjadi sekedar buruh. Jangan berlindung dibalik kualitas, padahal kuantitas kurang. Tidak ada kualitas tanpa kuantitas yang cukup.

Tugas pengajaran bisa didelegasikan ke sekolah, namun tugas pendidikan tetap di rumah. Sekolah tidak bisa dijadikan tulang punggung pendidikan anak. Sekolah adalah lembaga pengajaran, bukan lembaga pendidikan. Rumah adalah lembaga pendidikan bagi anak. Pengajaran adalah transformasi ilmu, sedangkan pendidikan adalah penularan karakter.

Sekolah berasal dari bahasa latin Schole yang artinya waktu luang. Jadi dari sejarahnya, sekolah adalah sekedar kegiatan mengisi waktu luang disela-sela kegiatan utama mereka bermain menghabiskan masa anak-anak mereka. 

Kini sekolah menjadi salah kaprah dengan berubah sebagai kegiatan utama tempat orang tua buang anak. Sehingga orang tua-nya bisa tenang mencari uang untuk bayar sekolah. Sebuah ironi.

Apa yang bisa dilakukan di tengah realita tentang Remaja?
Diatas realitas alami, kita didik generasi Islami di kehidupan sesungguhnya, bukan di simulasi, laboratorium atau representative kehidupan. Rumah dan sekolah sebagai bagian dari realita seutuhnya.

1. Pendidikan yang berani dan tegas
Jaman memang sudah berubah, namun berubah lebih keras. Di luar sana makin tak aman, namun anak jangan disembunyikan. 2. Hadirkan si Raja Tega.

2. Membangun tanggungjawab
Anak tak selemah yang dibayangkan. "Tangan mencencang, bahu memikul", biarkan anak merasakan (sebagian) akibat dari perbuatannya. Berikan mereka kebebasan, serahkan amanah dan tanggungjawab.

3. Memecahkan masalah
Anak bukan makhluk bodoh. Jangan sembunyikan masalah dari anak. Saling berbagi masalah. Bawa masalah ke rumah dan ajak anak berdiskusi untuk memecahkan masalah. Ajarkan tentang problem solving. Serta menekan percepatan baligh pada anak.

4. Mencari nafkah
Ingatkah jauh-jauh hari bahwa saat mereka baligh, maka mereka harus menghidupi diri sendiri. Jangan penuhi semua permintaan mereka. Ajarkan mereka berbisnis mulai dari rumah. Mulai dari mencari uang jajan.

5. Latihan berorganisasi
Berorganisasi adalah kehidupan. Organisasi mengajarkan manajemen, kerjasama, kepemimpinan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Mulailah dari hal sederhana, seperti mengorganisir rumah, menjadi EO acara keluarga, dan mengikuti OMIS (organisasi murid intra sekolah).

Tulisan ini merupakan rangkuman dari Smart Parenting oleh Adriano Rusfi, Psi, pada tanggal 24 November 2019 di Sidoarjo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun