Ormas, Â kata yang akhir-akhir ini sering berseliweran di media sosial. Berbagai perilaku anggota ormas ramai diperbincangkan publik. Mulai dari perilaku anggota ormas yang memalak anak-anak SD yang sedang berlatih marching band, sampai tindakan mereka yang meminta tunjangan hari raya ke barbagai instansi. Bahkan lebih lanjut, ormas juga disangka sebagai sebab beberapa investor memilih cabut dari Indonesia.
Hadirnya ormas di Indonesia telah melalui Sejarah masa yang panjang. Dimulai sejak masa penjajahan Belanda hingga era kemerdekaan. Di masa kemerdekaan ormas di Indonesia juga mengalami berbagai perubahan sejak masa orde lama, orde baru, hingga orde reformasi.
Pada masa kemerdekaan ormas memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan. Berbagai ormas didirikan oleh kalangan terpelajar saai itu sebagai wadah memperjuangkan kemerdekaan bangsa, seperti Boedi Oetomo (1908), Sarikat Islam (1912), dan Perhimpunan Indonesia (1925). Beberapa orma keagaaman juga lahir pada era perjuangan kemerdekaan, seperti Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926).
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, pada orde lama dan orde baru kebanyakan ormas cenderung menjadi alat perpanjangan tangan negara. Saat orde baru tumbang, berganti dengan era reformasi lahirlah berbagai ormas sebagai imbas dari kebebasan dalam berdemokrasi serta berserikat.
Dari banyaknya ormas yang lahir, sebagain dari mereka menjadi ormas yang bermanfaat bagi masyarakat dengan terlibat dalam berbagai kegiatan positif. Akan tetapi, sebagaian ormas tersebut bermetamorfosis menjadi preman. Atau, bahkan sebenarnya ormas tersebut sejak awal adalah kelompok preman yang menyamar menjadi ormas dengan memanfaatkan aturan perundangan yang ada.
Ketika berbagai berita negatif tentang ormas berseliweran di media masa, banyak masyarakat yang menanyakan kenapa ormas-ormas preman ini tidak dibubarkan saja, atau kenapa seolah-olah ada pembiaran dari aparat ?.
Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa kita temukan pada beberapa kejadian akhir-akhir ini. Saat demo besar-besaran mahasiswa menentang UU TNI yang berlangsung di bebera kota di Indonesia, beberapa hari kemudian muncul demo yang dilakukan oleh ormas dengan pesan mendukung pengesahan UU TNI.
Kejadian yang serupa bisa kita lihat pada isu keaslian ijazah presiden RI ketujuh. Saat isu tesebut kembali ramai dan terjadi demo di kampus UGM untuk menuntut penjelasan mengenai keaslian ijazah tersebut, beberapa hari kemudian ada ketua ormas yang berkunjung ke kediaman presided ketujuh RI di Solo.
Disisi lain, ormas preman juga sering menjadi centeng bagi orang-orang kaya ketika terjadi konflik diantara mereka. Sudah sering kita baca di berita, tentang ormas preman yang terlibat dalam konflik sengketa lahan misalnya. Beberapa orang kaya dan pengusaha membutuhkan jasa mereka dalam memuluskan kepentingannya. Maka, selagi jasa mereka masih dibutuhkan oleh penguasa dan orang kaya, ormas preman akan tetap ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
