Mohon tunggu...
Muhammad Wahdini
Muhammad Wahdini Mohon Tunggu... Buruh - pembelajar

.....

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diet Plastik sebagai Adaptasi Kebiasaan Baru

28 Juli 2020   23:22 Diperbarui: 28 Juli 2020   23:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Setidaknya sampai vaksin wabah ini ditemukan dan sukses diujicobakan. Sementara itu, kita tetap harus "berdamai" dengan menerapkan pola Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di kehidupan kita. Mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, dan menerapkan jaga jarak menjadi aktivitas harian yang wajib dilaksanakan.

Pelaksanaan AKB di kehidupan sehari-hari bukan tanpa masalah, terutama pada persoalan sampah. Potensi sampah plastik di tengah pandemi Covid 19 meningkat. Atas nama higienitas, penggunaan barang sekali pakai seperti masker, tisue, sarung tangan meningkat, apalagi dengan peningkatan dan berubahnya perilaku konsumsi masyarakat yang berpidah dari luring ke daring.

hasil penelitian Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) pada bulan Mei 2020 pada warga Jabodetabek di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menunjukkan bahwa persentase belanja online meningkat sebanyak 62%. dari yang biasanya hanya 1 hingga 5 kali sebulan, kini meningkat menjadi 10 kali dalam sebulan.

Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan jasa pengantaran makanan lewat transportasi online yang sebagian besar paketnya menggunakan bahan styrofoam dan dibungkus plastik atau bubble wrap. belum lagi tambahan potensi sampah dari gelas plastik dan sedotan yang sulit diurai dan dikendalikan.

Dengan mulai berakhirnya penerapan PSBB di beberapa wilayah, sejatinya diharapkan diikuti dengan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai namun nampaknya harapan itu jauh panggang dari api.

Beberapa aturan baru berkaitan dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) membuat potensi sampah plastik sekali makan tetap tinggi. semisal contoh, pada aktivitas di rumah makan/restoran yang msih memprioritaskan pada pelayanan Take Away ketimbang makan ditempat, beberapa gerai makanan juga lebih menggunakan peralatan sekali pakai bagi pelanggan atas dasar higienitas.

Pada kegiatan seperti hajatan pernikahan atau rapat, potensi sampah diprediksi juga akan meningkat tajam. aturan seperti pelarangan penyediaan makanan secara prasmanan akan membuat makin meningkatnya penggunaan produk plastik sekali pakai.

Bisa dibayangkan bila dalam sebuah event yang mengundang sekira 1000 orang dalam satu hari, akan berapa banyak timbulan sampah plastik yang bisa dihasilkan.

Sebelum pandemi, upaya pengurangan penggunaan produk plastik sekali pakai gencar dilakukan. Apalagi dengan viral dan masifnya kasus global pencemaran laut akibat sampah plastik.

Beberapa kebijakan pemerintah dijalankan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Salah satunya dengan membuat Pelarangan penggunaan kantong plastik pada pasar tradisional dan pusat perbelanjaan seperti yang dilakukan Banjarmasin, Balikpapan, Bogor, Bali, dan baru-baru ini di DKI Jakarta.

Kebijakan ini diharapkan bisa mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh sampah plastik. namun, adanya wabah Covid-19 membawa tekanan tersendiri terhadap timbulan sampah yang meningkat, apalagi dengan dibenturkan dengan alasan penjagaan kebersihan dan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun