Mohon tunggu...
Sugeng Pribadi
Sugeng Pribadi Mohon Tunggu... -

Suka baca dan juga menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Strategi dan Konsep Reformasi Madrasah ala Dr. Najmah

1 April 2016   04:45 Diperbarui: 1 April 2016   06:43 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Sebuah lembaga pendidikan yang berlabel ‘Madrasah', apalagi ada di daerah pedesaan, sering kali harus menerima nasib sebagai penerima ‘murid buangan'. Maksudnya, setelah seorang murid gagal masuk sekolah negeri, barulah madrasah sebagai alternatif berikutnya. Sampai-sampai ada guyonan “Madrasah itu ditakdirkan sebagai KW-2”. Setidaknya, itulah yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Pakis – setaraf dengan SMP, berdiri sejak tahun 1967 – yang berlokasi di Desa Bunut Wetan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Dengan mengandalkan kekuatan madrasah yang hidup di tengah komunitas santri nahdliyin – karena merekalah pemilik sekaligus user-nya – MTs NU Pakis nyaris sekadar memenuhi kebutuhan ijazah muridnya semata. Miskin prestasi, gedung bergantian dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hidayah, dana operasional dari SPP tidak mencukupi, benar-benar hidup segan mati tak mau. Sampai mencapai titik terendah, ketika dari 55 siswa kelas IX yang ikut Ujian nasional (UN), hanya 8 siswa yang lulus. Imbasnya, kepala madrasah mengundurkan diri.

Momentum itu, digunakan pengurus untuk mengganti kepala madrasah dengan seorang guru bantu yang diangkat menjadi PNS di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Malang, bernama Najmah. Tidak diduga, lulusan D-2 IKIP Malang yang aktif di organisasi Pramuka sejak SMA ini langsung ‘berbenah' memperbaiki madrasah NU dengan mendobrak tradisi orang NU. Mulai dari toilet yang bau, kebiasaan guru yang merokok, sampai warna hijau madrasah – khas NU – dibenahi. Tenaga guru yang masih muda dan potensi mengembangkan akademik dan non akademik madrasah direkrut.

Itu semua dilakukan untuk merealisasikan jargon – yang dicanangkan Najmah dan timnya – sebagai landasan visi untuk mereformasi MTs NU Pakis, yang ada tiga hal: Prestasi Akademik yang ‘Istimewa', Reputasi Non Akademik yang ‘Luar Biasa', dan Implementasi Ubudiyah yang ‘Istiqomah'. Sebagai tahap awal, untuk membangkitkan semangat, membentuk mentalitas, dan kedisiplinan serta minat murid, Najmah membentuk kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dan Drumband yang dilatih dengan serius. Berhasil, karena dua kegiatan ini meraih kemenangan di beberapa lomba, tingkat kabupaten maupun propinsi.

Bersamaan itu pula, Asian Development Bank, melalui program Madrasah Education Development Project (MEDP) memilih MTs NU Pakis – bersama 500 madrasah lainnya di Indonesia – untuk mendapatkan block grand sebesar Rp 1,2 miliar. Syaratnya, kalau memang untuk membangun gedung dan sarana lainnya, harus mempunyai tanah sendiri. Disinilah peran dan kemampuan manajerial Najmah muncul. Dengan kas madrasah yang kosong, Najmah mampu memobilisasi potensi yang ada di lingkungan madrasah untuk bergotong royong membeli tanah.

Setelah melalui 3 kali pencairan, dalam masa waktu 4 tahun, MTs NU Pakis telah berubah menjadi madrasah yang patut diperhitungkan, selain dari sarana dan prasarana yang mulai lengkap, juga diimbangi dengan prestasi akademik dan non akademik yang naik drastis. Untuk kelulusan Ujian Nasional misalnya, mencapai angka 100%. Demikian juga dengan non akademik, ratusan piala dari berbagai lomba didapat regu Pramuka, undangan untuk tampil di berbagai acara dan daerah diterima tim Drumband, dan tim Shalawat sudah terbiasa tampil di panggung sebagai pengisi sebuah acara.

Yang mencengangkan, MTs NU Pakis meraih predikat Excellent, terbaik diantara 500 madrasah penerima bantuan ADB. Najmah telah membuktikan, kerja keras dan keteguhan hati untuk mengemban amanah dana bantuan itu telah membuahkan hasil. Rewardnya, MTs NU Pakis menerima bonus kucuran dana sebesar Rp 1 miliar. Lagi-lagi sebuah dana yang tidak kecil. Dan Najmah kali ini lebih memprioritaskan pada pengembangan sumberdaya guru yang ada, membiayai kuliah staf guru yang dianggap potensial, selain membangun sebuah musholla yang mampu menampung seluruh murid untuk sholat dhuha dan dzuhur secara berjamaah.

Gelombang keberhasilan Najmah belum usai, di tahun 2012 berhasil meraih juara dalam Lomba Leadership Madrasah Tingkat Nasional 2012. Hebatnya, disela kesibukan sebagai kepala madrasah – dengan segala aktivitas, program dan prestasi yang diraih – Najmah juga menyempatkan dan berhasil menyelesaikan studi S1, S2 dan S3 dengan tepat waktu.

Seperti belum cukup dengan segudang prestasi – sebagai kepala madrasah maupun individu – Doktor lulusan Universitas Negeri Malang ini terpilih menjadi salah satu peserta Program School System Quality, kerjasama Indonesia-Australia melalui Australia's Education Partnership with Indonesia (AEPI). Tidak main-main, pesertanya adalah 100 orang yang berkompeten di bidang pendidikan – dosen, guru, pengawas sekolah, aktivis pendidikan – yang sudah malang melintang di percaturan pendidikan Indonesia. Tak hanya berkualitas dan memiliki karya, tetapi kumpulan orang-orang ini juga mempunyai reputasi yang menasional.

Di forum para expert ini, dalam penggolongan berdasar spesifikasi, Dr. Najmah masuk di gugus Rencana Kerja jangka menengah, yang bertugas menyusun modul yang bisa dijalankan oleh kepala sekolah/madrasah se Indonesia, dalam rangka peningkatan kompetensi, karir, serta pangkat mereka.

Berhari-hari Dr. Najmah berkonsentrasi penuh pada ‘pekerjaan' ini. Perjalanan bolak-balik Malang-Jakarta harus dilakoni, demi mendapatkan format yang tepat, agar konsep dapat dilaksanakan tanpa mengalami kendala etnis, agama dan norma lokal. Revisi tak jarang dilakukan. Bahkan untuk mendapatkan rancangan yang steril terhadap resiko dan problem SARA, naskahnya di ujicoba di Semarang, Malang dan dan satu kota di luar Jawa. Dan di tangan Dr. Najmah akhirnya Bahan Pembelajaran Utama untuk Kepala Sekolah/Madrasah se Indonesia, akhirnya tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun