Mohon tunggu...
Sulthon Fathoni
Sulthon Fathoni Mohon Tunggu... Dosen - Pengkaji

Belajar menjadi lebih baik, buat diri sendiri, pasangan, dan semua orang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lucy: 100% Manusia,- dan atau Tuhan?

23 Oktober 2014   02:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:04 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“I am Everywhere”

Waktu-Tuhan-Manusia

Filem yang ditulis oleh Luc Besson yang juga penulis Taken 2 dan Transporter ini bergenre sci-fi. Berangkat dari sebuah mitos dalam dunia saint yang mengatakan bahwa manusia hanya memanfaatkan kemampuan otaknya sebanyak 10%. Lalu disumsikan bila mampu mengoptimalkan sampai 100% maka tentu melebihi karya manusia yang ada sekarang. Ini mitos karena belum ada penelitian tentang itu.

Lucy nama pemain yang bisa menggunakan kemampuan otaknya secara full 100%. Bila manusia didefinisikan sebagai hewan berpikir dan otak adalah alat bepikir, maka Lucy di akhir filem ini adalah manusia sutuhnya yang bisa bilang tanpa bermajaz, “I am Everywher”.

Nama Lucy adalah nama yang diberikan kepada tulang-tulang yang ditemukan di Etopia pada tahun 1974. Itulah tulang-tulang pertama yang hampir lengkap mengisi semua tulang manusia. Usianya diperkirakan 3,2 juta tahun. Karena itu bisa dibilang itu adalah tulang manusia pertama secara relatif.

Lucy tokoh utama filem ini setelah mampu menggunakan 100% otaknya bisa melakukan mental time travel sehingga bertemu sosok Lucy dari tulang-tulang tadi. Setelah melakukan sentuhan ujung jari seperti dalam lukisan Michelangelo The Creation of Adam, Lucy 100% berada dalam kondisi time-space continuum dimana dia menyatukan ruang dan waktu, sehingga dia bisa bilang “I am Everywhere”.

Sentuhan ujung jari antara Adam dan Tuhan itu menggambarkan isi Kitab Kejadian yang menjelaskan bahwa Tuhan meniupkan kehidupan kepada Adam. Dengan sentuhan ujung jari itu. Lukisan Micheangelo tadi juga ditampilkan dalam filem sebagai contoh hasil 10% penggunaan otak.

Pengetahuan yang membanjiri otaknya seperti Quantum Physic, applied mathemathic dan lain-lain dalam penggunaan 20% otaknya. Lalu bagaimana pengetahuan yang didapatnya dengan 100%? Bisa membuatnya bilang “I Am Everywhere”. Seperti ayat dari Kitab Kejadian yang dikutip dalam patung perunggu Ape with Skull-nya Hugo Rheinhold. Karya yang dibikin 1893 itu mengutip kata-kata Iblis yang merayu Hawa memakan pohon pengetahuan, ‘eritis sicut deus’, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan.

Space time continuum bentuk gabungan ruang-waktu dalam satu dimensi. Yang disebut Minkowski space. Bentuknya garis dan lingkaran. Didalamnya terdapat bentuk matematika atas dimensi ruang dan waktu. Ini adalah bentuk ruang matematis dari teori relativisme waktu-nya Einstein. Didalamnya waktu relatif. Mungkin itu yang menjadikan Lucy 100% mampu menjelajah waktu tanpa dikungkung oleh ruang.

Ruangwaktu semesta kita biasanya ditafsiri dengan Euclidean space. Yaitu 4 dimensi yang tersusun dari ruang dengan 3 dimensi dan waktu dengan 1 dimensi. Tapi didalamnya hanya ada bentuk matematika dari dimensi ruang. Waktu dianggap tidak bisa terjadi diluar dimensi ruang dan tidak tergantung pada gerak pengukur waktu.

Lucy juga mendefinisikan Ada dengan Waktu. Manusia bukan pengukur waktu dan alam tidak dikuasai oleh hukum matematis. Karena 1+1 tidak akan pernah menyamai 2. Materi mendapatkan bukti keberadaannya oleh Waktu. Bahkan kata Lucy, “without time, we don’t exist”. Buktinya adalah ketika waktu dipercepat, materi-materi akan hilang.

Lucy ketika ditanya Pierre Del Rio, seorang kapten polisi lokal di Paris yang diperankan aktor Mesir itu, kenapa dia harus ikut Lucy. Padahal Lucy yang mempunyai kemampuan diluar batas logikanya tak memerlukan bantuannya. Lucy menjawab bahwa polisi itu bermanfaat buatnya. Yaitu sebagai “A Reminder”, Pemberi Peringatan. Mengingatkan pada Nabi Muhammad yang disebut dalam Al-Qur’an bertugas sebagai Basyir dan Nadzir. Bukannya sang professor saintis yang dipilihnya. Tapi seorang polisi yang mendapat ciuman Lucy saat ragu akan apa yang bisa dilakukan untuk membantu Lucy.

Lalu Lucy menciptakan sebuah makhluk baru. Yaitu next generation supercomputer. Dengan meleburkan dirinya pada komputer lalu melebihinya.

Itu seperti

Globalisme-Nasionalisme

Filem ini dibintangi aktor dari beberapa negara, dari Korsel ada Min-Sih Choi, yang berperan sebagai ketua geng dan bandar narkoba internasional. Pemeran polisi dari Paris adalah aktor Mesir bernama Amr Waked.

Filem ini mengambil setting di Paris, New York, dan Taipei (Taiwan). Bahasa Cina, Prancis, dan Inggris diucapkan di filem ini. Terkesan memberikan ide Global Village yang katanya era sekarang. Tapi tetap diperlihatan paspor-paspor dan pengecekannya di bandara, yang menekankan identitas nasionalitas dan lokalitas.

Sebuah paradoks globalisasi dan nasinalisme yang juga terjadi dalam kisah cinta Boota Singh (Sikh, dia dijuluki shaheed-e-mohabbat) dan Zainab (Muslim). Percintaan yang dipisahkan oleh pisahnya Pakistan dari India 1947. Bahkan setelah Buta Singh menguniversalkan dirinya dengan memeluk agama yang dipercayai Zainab. Agama yang katanya elemen global tanpa territori, tanpa batas, tapi kalah dengan identitas nasional yang didirikan atas nama agama yang tanpa territori. Paradoks.

Sukses Finansial

Filem yang bintang utamanya Scarlett Johansson sebagai Lucy dan Morgan Freeman sebagai saintis ternama yang meneliti tentang otak manusia dan teori 10% slama 20 tahun, ini masuk Box Office dan mendapatkan uang 415 juta dolar amerika dari biaya produksi 40 juta dolar US.

Didalam filem itu si saintis yang dipanggil Professor Norman memberikan kuliah umum tentang evolusi dan 10% otak manusia yang digunakan. Dan mengatakan bahwa evolusi bisa diubah menjadi revolusi yang membantu manusia bisa menggunakan otaknya 100%. Ketika ditanya apa efek penggunaan 100% kemampuan otak, dia menjawab tidak tahu. Padahal dia menjelaskan kemampuan telepati, telekinetis/psikokinetis yang bisa didapat setelah menggunakan hanya 20%.

Dia juga mengatakan bahwa manusia lebih mementingkan having daripada being. Tesis itu didapat bahwa lumba-lumba mengembangkan kemampuan semacam sonar yang lebih hebat dari sonar yang diciptakan manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun