Mohon tunggu...
Sayyid Muhamad Ridho
Sayyid Muhamad Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Teknik Informatika Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Suka dengan berbagai hal baru, terutama pengetahuan dan pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stereotip Pekerjaan Membutuhkan Lulusan Pendidikan Menjadi Bukti Pendidikan Itu Kapitalis

16 Maret 2025   20:00 Diperbarui: 16 Maret 2025   19:08 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan dan pekerjaan (Sumber: depositphotos.com)

Jika membicarakan soal prospek kerja di Indonesia saat ini, tentunya lowongan pekerjaan didominasi dengan persyaratan pendidikan yang cukup tinggi. Memang bagus dengan sistem tersebut maka akan menghasilkan para pekerja yang berkualitas dan bisa menjadi parameter bagi para perekrut pekerja.

Pendidikan sering dianggap sebagai gerbang utama menuju dunia kerja. Masyarakat telah lama memegang keyakinan bahwa seseorang harus memiliki gelar pendidikan formal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Stereotip ini semakin menguat ketika perusahaan dan institusi hanya menerima kandidat yang memiliki kualifikasi akademik tertentu, tanpa mempertimbangkan keterampilan atau pengalaman individu secara lebih luas.

Perlu diingatkan bahwa, pendidikan dan pengalaman  itu penting ketika akan melamar pekerjaan. Tetapi yang menjadi masalah dan kajian kita bukanlah pendidikannya, tapi bagaimana orang-orang memandang pendidikan itu.

Buktinya, banyak orang berpendidikan lulusan institusi ternama tetapi masih menganggur, banyak orang yang bekerja tapi masih dengan cara kotor (suap atau melalui orang dalam).

Dengan banyaknya persyaratan untuk bekerja, salah satunya adalah persyaratan minimal pendidikan, akan membuat masyarakat berpikir bahwa "Untuk bisa bekerja maka harus kuliah/sekolah dulu". Pernyataan atau pandangan tersebut memang tidak salah, tetapi secara tidak sadar itu menunjukan bahwa ada kapitalisme dalam sistem pendidikan itu. Padahal esensi pendidikan itu untuk membentuk pola pikir, membentuk perilaku juga membentuk pemahaman sehingga bisa menaikkan taraf hidup.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa pendidikan telah menjadi bagian dari sistem kapitalis. Dalam kapitalisme, segala sesuatu diukur berdasarkan nilai ekonomisnya, termasuk pendidikan. Lembaga pendidikan kini tidak hanya berperan dalam mencerdaskan bangsa, tetapi juga menjadi bisnis yang menjual sertifikasi dan gelar sebagai syarat utama memasuki dunia kerja.

Selain itu, pendidikan yang kapitalis juga menciptakan ketimpangan sosial. Mereka yang mampu membayar biaya pendidikan tinggi memiliki akses lebih besar terhadap pekerjaan juga lebih bisa menjamin prospek kerja mereka dibanding yang hanya pendidikan rendah. Semakin besar biaya pendidikan maka semakin besar juga peluang kerja mereka, itulah kapitalis dalam pendidikan.

Ini menjadi paradoks di mana kita perlu pendidikan untuk bekerja, lalu kita perlu bekerja untuk mendapatkan pendidikan.

Penting untuk mempertimbangkan perubahan paradigma dalam dunia kerja agar tidak hanya mengandalkan gelar akademik sebagai standar utama. Fokus pada keterampilan, pengalaman, dan inovasi harus lebih diperhatikan agar kesempatan kerja lebih inklusif.

Pengembangan sistem kapitalis pendidikan ini akan membuat kepentingan bagi mereka sendiri, mereka mengorganisir pendidikan seakan pendidikan dari lembaga formal itu penting dan mereka juga yang menyediakan lowongan sesudah para masyarakat itu lulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun