Â
" Pah...[7]", sahut Lina dari rumah tenunnya.
Â
Tak lama kemudian ia muncul memenuhi panggilan ayahnya. Aku yang sudah ada di ruang depan menerka-nerka apa yang sedang terjadi saat itu, namun gagal, aku sungguh tak tahu.
Â
" Lina, ama dengar dari orang bahwa kamu menerima surat dari Lakman, benar atau tidak?", tanya suamiku.
Â
Putriku tertunduk, wajahnya memerah dan tiba-tiba air matanya mengalir sambil menganggukan kepalanya dengan pelan. Ia tahu ia sedang melakukan kesalahan, suamiku sangat tidak menyukai keluarga laki-laki itu. Aku beranjak merangkul putriku, ia tak salah telah mencintai Lakman, ia hanya sedang belajar mencintai dan dicintai oleh seseorang. Dan jika orang itu adalah Lakman, aku akan merayu suamiku untuk menyetujuinya hidup bahagia bersama Lakman, orang yang dicintainya.
Â
" Dengar ama Lin, cari laki-laki lain.... Kakeknya dulu sudah membunuh Nai'[8] Keke, apa kamu tuli dengan cerita ama selama ini?!".
Â