Mohon tunggu...
Rizieq Zulkarnaen
Rizieq Zulkarnaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi riding, jalan kaki, dan belajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bagaimana Jika Saya Menjadi Arsitek

4 Februari 2024   14:47 Diperbarui: 4 Februari 2024   14:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam keseharian saya, menjadi arsitek adalah impian yang terus memeluk hati saya meskipun kini saya berada di jalur yang berbeda, mengejar ilmu komunikasi. Pindah dari jurusan arsitektur bukanlah pilihan yang mudah, melainkan keputusan yang harus diambil karena keterbatasan finansial. Meski begitu, semangat dan cinta saya terhadap arsitektur tidak pernah luntur.

Sebagai mantan mahasiswa arsitek, saya merasa terpanggil untuk mengeksplorasi dunia ini, mencipta bentuk-bentuk yang mengagumkan, dan memberikan makna pada ruang. Meski langkah saya kini membawa saya ke jurusan yang berbeda, impian menjadi arsitek tetap bersinar di benak dan hati.

Suatu hari, di sebuah kampus yang dikelilingi oleh bangunan indah, saya duduk di bangku taman, memandang ke langit biru yang membayangkan seolah-olah bangunan-bangunan di sekitar saya adalah kanvas yang menunggu untuk diisi oleh sentuhan kreativitas dan inovasi. Pikiran saya terbang jauh, membayangkan bagaimana jika saya benar-benar menjadi arsitek.

Saat itu, saya melangkah ke dunia imajinasi di mana kekreatifan dan ketelitian bergabung menjadi satu. Saya membayangkan diri saya merancang bangunan-bangunan monumental yang menyiratkan keindahan dan makna mendalam. Setiap garis dan sudut direncanakan dengan penuh perhitungan, memberikan identitas unik pada setiap karya yang saya ciptakan.

Namun, perjalanan menjadi arsitek tidak selalu mulus. Saya menyadari bahwa setiap impian memiliki tantangan dan rintangan. Namun, kecintaan saya pada arsitektur menjadi pendorong utama untuk mengatasi segala hambatan. Setiap malam, saya membaca buku arsitektur, menelusuri desain-desain inspiratif, dan terus menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi dalam dunia arsitektur.

Walaupun saya kini menempuh ilmu komunikasi, saya tetap berpikir bahwa ada cara untuk mengintegrasikan kecintaan saya pada arsitektur dengan jurusan yang saya geluti saat ini. Saya membayangkan diri saya bekerja dalam industri komunikasi yang erat kaitannya dengan perusahaan arsitektur. Menjembatani dunia antara kreativitas dan strategi komunikasi, saya melihat diri saya menjadi agen perubahan yang membawa nuansa arsitektur ke dalam tatanan bisnis dan masyarakat.

Seiring waktu berlalu, impian saya menjadi arsitek semakin nyata, meskipun mungkin tidak sesuai dengan jalur konvensional. Saya tetap berpegang pada keyakinan bahwa cinta dan ketekunan akan membawa saya ke tempat yang saya tuju. Mungkin tidak dalam bentuk seorang arsitek langsung, tapi sebagai individu yang memiliki peran penting dalam menghubungkan arsitektur dengan dunia luar melalui ilmu komunikasi.

Bagi saya, menjadi arsitek bukan hanya tentang mendesain bangunan fisik, tetapi juga tentang memberikan makna, merangkai cerita, dan menginspirasi melalui segala bentuk komunikasi. Sebuah perjalanan yang terus berlangsung, menggiring saya menuju puncak impian yang tak pernah pudar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun