Mohon tunggu...
Rizieq Zulkarnaen
Rizieq Zulkarnaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi riding, jalan kaki, dan belajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjadi Pembina Upacara Pertama Kali

8 Desember 2023   14:07 Diperbarui: 8 Desember 2023   14:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pagi itu, langit biru cerah menyambut hari pertama saya menjadi pembina upacara di sekolah. Walaupun usiaku baru menginjak sembilan tahun, keberanian muncul dari dalam hatiku yang pemalu. Saya, seorang anak yang tak suka menjadi perhatian banyak orang, kini berdiri di depan seluruh siswa dan guru sebagai pembina upacara.

Semuanya dimulai ketika saya memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi ketua kelas. Meskipun awalnya terlihat bertentangan dengan sifat pemalu saya, keinginan untuk berubah menjadi lebih berani membimbing langkah-langkah saya. Sebagai kapten di tim sepakbola sekolah, saya sudah terbiasa memimpin di lapangan, dan itu memberikan dorongan kepercayaan diri bagi saya.

Proses pencalonan berlangsung seru, saya harus bersaing dengan teman-teman sekelas yang juga memiliki keinginan yang sama. Meski begitu, dengan dukungan teman-teman sekelas dan rekan sepakbola, saya berhasil terpilih sebagai ketua kelas. Kemenangan ini membuka pintu bagi saya untuk menjadi pembina upacara di hari pertama sekolah.

Pagi itu, hatiku berdebar kencang ketika saya berdiri di panggung, mengenakan seragam lengkap dengan dasi merah yang kusut. Wajahku mungkin terlihat gugup, tetapi tekadku bulat untuk menghadapi tantangan. Saya ingat, pandangan semua mata tertuju pada saya, dan rasa gugup itu semakin terasa.

Namun, tiba-tiba, ingatanku tentang momen-momen kepemimpinan di lapangan sepakbola datang menghampiri. Saya mengingat bagaimana saya memotivasi rekan-rekan setim, memberikan arahan, dan menjadi sosok yang diandalkan. Dengan pikiran yang tajam, saya mulai memandu upacara dengan penuh semangat.

Suara saya, awalnya gemetar, perlahan-lahan menjadi lebih tegas. Langkah-langkah saya semakin mantap, dan wajah gugupku berubah menjadi penuh keyakinan. Saya membaca pidato dengan suara yang semakin lantang, memandu seluruh rangkaian upacara dengan baik.

Pada akhirnya, segala kekhawatiran saya sirna. Saya menyadari bahwa meskipun saya mungkin pemalu, keberanian dapat tumbuh dari dalam diri kita ketika kita menghadapi tantangan. Menjadi pembina upacara pada hari itu adalah langkah awal menuju perubahan yang positif dalam diri saya.

Pengalaman tersebut mengajarkan saya bahwa terkadang kita harus melemparkan diri ke dalam situasi yang tidak nyaman untuk dapat tumbuh. Dengan menjadi pembina upacara, saya tidak hanya mengubah pandangan orang terhadap diri saya, tetapi juga membuktikan pada diri sendiri bahwa saya mampu melampaui batas-batas yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri.

Setelah hari itu, saya merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Perjalanan saya sebagai pembina upacara pertama kali mungkin dimulai dengan gugup, tetapi berakhir dengan kebanggaan dan keberanian yang baru ditemukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun