Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hampir Dua Bulan, Emak Tak Bisa Jalan

18 Juni 2019   11:52 Diperbarui: 18 Juni 2019   12:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

***

Aku kembali bekerja, menjalani rutinitas di lapangan. Tetapi pikiran soal Emak rutin menggelayuti isi kepala. Satu-satunya hiburan yang bisa menenangkan adalah menelpon adikku di malam hari, menanyakan kondisi perkembangan Emak. Sesekali juga juga bercengkrama langsung dengan Emak.

Aku tak berhenti menyemangati Emak dan juga adikku. Terlebih, setelah satu bulan berlalu, kondisi Emak tak juga banyak beranjak. "Jangan bosan ya, terus semangati Emak," begitu pesan rutinku ke adik.

Pekan Keenam.

Tengah malam adikku menelpon. "Mas, siang tadi Emak lihat besi jemuran yang kecil itu, yang kaya walker itu, terus minta nyobain jalan pakai alat itu. Alhamdulillah, Emak mau mencoba, meski tadi aku pegangi," kata adikku.

Suaranya menampakkan bahagia dan haru. Akupun sama.

Pekan Kesembilan.

Pukul 21.00 WIB. Aku mengakhiri kerja dengan kondisi lelah akut. Fisik maupun pikiran. Seharian tadi, tidak hanya fisikku yang terkuras untuk mobile ke sana ke mari. Hatiku pun lelah meladeni sejumlah masalah yang mendadak muncul.

Tiba di rumah, aku langsung masuk kamar dan berbaring. Ingin membayar lelah seharian dengan tidur. Tetapi belum juga mata terpejam, istri sudah cerewet. "Hayo, jangan kebiasaan. Sana mandi dulu biar seger, terus maem. Jangan lupa shalat Isya !," pesannya.

Seperti biasa, akupun nurut, meski sedikit kesal. Selalu saja mengganggu kenyamanan, batinku. Ritual mandi dan makan malam sudah kutunaikan. Lantas, aku shalat Isya. Saat itu, mendadak bayangan wajah Emak hadir di shalatku. Segera kutuntaskan dan lantas berdoa. Kali ini cukup lama, melangitkan doa untuk kepulihan Emak. Ada perasaan bersalah, beberapa hari ini terbiasa melewatkan rutinitas menelpon Emak.

Agh, akhirnya bisa tidur juga. Tubuhku sudah mapan di kasur, saat pesan SMS masuk ke ponsel. "Mas, tadi sore ditanyain Emak. Katanya kok kemarin-kemarin jarang nelpon. Oiya, dari kemarin Emak sudah berlatih berjalan sendiri. Tanpa walker...,". []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun