Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hampir Dua Bulan, Emak Tak Bisa Jalan

18 Juni 2019   11:52 Diperbarui: 18 Juni 2019   12:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

INI memang jadi pengalaman berharga untuk kami, anak-anak Emak. Bahwa rumah sakit tak melulu menjadi solusi bagi orang-orang yang telah berumur. Di usia itu, situasi batin pasien bisa jadi lebih menentukan ketimbang penanganan medis dari dokter.

***

Medio 2014. Emak yang sukses melewati koma masih harus menghadapi operasi untuk sakit ambeiennya. Tetapi problem HB masih jadi kendala, setelah hampir satu bulan diupayakan penambahan melalui pola makan, masih saja tak banyak beranjak. Akhirnya jalan pintas pun diambil: transfusi.

Beruntung, adik pertamaku bergolongan darah sama dan kondisinya layak untuk berdonor. Lagi-lagi karena mungkin faktor umur, proses transfusi pun tidak berjalan mudah. Dua kantong darah yang diambilkan dari adikku tak serta merta bisa diterima tubuh Emak dengan baik. Tubuh Emak sering bereaksi dengan panas dan menggigil. Bahkan ketika dua kantong darah itu akhirnya masuk, kadar HB nya belum juga memenuhi syarat untuk operasi. Saat itu, aku sampai harus mencari ke unit PMI terdekat. Alhamdulillah, selang sehari, kantong darah yang dibutuhkan ada dan siap pakai.

Masalah lain yang muncul, sudah beberapa hari ini Emak kesulitan berjalan. Kakinya seperti tak kuat menahan tubuhnya, meski telah susut sekian kilogram. Jangankan berdiri, untuk beranjak duduk dari pembaringan saja sudah kepayahan, sehingga harus dipapah anak-anaknya. Mungkin terlalu lama terbaring di rumah sakit plus terutama beban pikiran membuat semangat hidupnya menurun.

Pastinya, kami harus dua kali mengangkat tubuh Emak saat menuju ruang operasi. Singkat cerita, proses operasi ambeien Emak berjalan lancar dan sukses. Tetapi tidak dengan kondisi tubuhnya. Dia tak lagi mau dan mampu berjalan sendiri, selalu harus dipapah anak-anaknya.

Tidak hanya kami yang stres, Emak lah yang justru pertama-tama merasakan beban pikiran. Kesimpulan kami, terlalu lama di rumah sakit ternyata tak cukup baik bagi tubuh yang telah berumur. Maka ketika Emak bilang kangen rumah, tanpa menunggu lama kami langsung memproses permintaannya pulang.

Ya, Emak akhirnya pulang. Tetangga berdatangan, menyalami dan member selamat. Tetapi kami tak bodoh, mereka keluar rumah dengan muka penuh keprihatinan. Emak yang sekitar sebulan lalu masuk rumah sakit dengan sehat dan bugar, kini pulang dengan tubuh kurus dan ringkih. Emak tak bisa berjalan.

Sehari-hari, Emak hanya di tempat tidur. Kami bergantian memapahnya ke kamar mandi jika ingin buang air atau menegakkan duduknya dengan bantal di tepi ranjang jika ingin shalat. Karena kondisi fisik dan mental Emak yang down, kami pun bergiliran menyemangati di sela menemani Emak. Terlebih, Emak sempat hampir satu pekan hanya berbaring di tempat tidur, tak mau mengikhtiarkan tulang dan otot kakinya untuk kembali berjalan. Akhirnya, aku juga yang harus menasehati Emak, 'memaksanya' setiap pagi berjemur dan berjalan dengan memapahnya.

Tetapi memang, proses ini benar-benar menuntut kesabaran kami. Kami harus kuat menelateni proses yang kami anggap benar, meski itu berat. Rutinitas it uterus kami jalankan tanpa keluhan. Sampai saat, aku harus kembali pulang ke rumah istri untuk bekerja normal kembali. Begitu juga dengan adik pertamaku yang sudah habis masa cutinya. Satu-satunya yang bisa menjaga Emak adalah adik mbontot kami yang memang tinggal serumah.

"Yang sabar ya jaga Emak, yang telaten. Jangan pernah marahi Emak. Hibur Emak kalau lagi murung, beri semangat. Jangan lupa ajak jalan-jalan kalau pagi," begitu titip pesanku ke adik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun