Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Korupsi, Tabiat Tamak, dan Mentalitas Puasa

17 Mei 2018   01:00 Diperbarui: 17 Mei 2018   01:08 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Namun, apakah keinginan, nafs itu terlarang sehingga harus dibunuh? Islam ternyata tak melarangnya, justru karena keinginan adalah bagian dari tabiat naluriah manusia. Tetapi agama selalu berperan sebagai pengendali, sehingga keinginan yang notabene bawaan manusia sejak awal penciptaan itu harus dikendalikan agar tak liar, agar tak tamak, agar tak eksploitatif.

Hasrat menjadi kaya raya, memiliki jabatan tinggi, adalah wajar dan normal as human being. Tetapi cara mendapatkannya harus sesuai regulasi, ketika telah mendapatkan pun harus didayagunakan sesuai ketentuan Tuhan. Itulah bagian dari mengendalikan keinginan, agama memberi jalan. Menyukai lawan jenis adalah fitrah, tetapi dikendalikan tata caranya melalui pernikahan agar berkeadaban, tak liar seperti binatang.

Dalam konteks pengendalian itulah ibadah puasa disyariatkan bagi umat Islam dan bahkan dikenal pada hampir semua agama. Dalam ibadah shaum, seorang Muslim dididik mentalnya agar memiliki kapasitas pengendalian diri yang baik. Puasa, shaum, adalah menahan diri, bahkan terhadap hal yang dihalalkakn di bulan lainnya.

Makan, minum, dan berhubungan suami istri adalah sesuatu yang halal dan bahkan bernilai ibadah ketika dilakukan. Tetapi selama puasa kita diminta mengontrolnya, Allah hanya melarangnya sejak subuh sampai maghrib. Selebihnya boleh dilakukan kembali. Itulah pengendalian diri, mengendalikan keinginan. 

Maka mentalitas puasa semestinya melahirkan kemampuan kendali diri. Ramadhan benar-benar disiapkan untuk membangun mental itu. Kenapa mental, karena ia menginternalisasi dalam kesadaran yang melakukannya. Dalam hadits qudsi, Allah bahkan menegaskan puasa sebagai ibadah yang sangat khusus.

"Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya........." (muttafaqun alaihi).

Artinya, puasa menjadi ibadah sangat personal. Orang shalat, zakat, apalagi haji, orang mudah memantaunya. Tetapi puasa? Tidak mudah memastikannya. Tidak ada yang tahu seandainya kita berwudhu sambil menalan air saat minum karena hausnya. Hanya Allah dan dirinya yang tahu. Ada pengawasan melakat pada dirinya, meski orang lain tak tahu.

Seandainya ritus ibadah yang amat personal itu bisa dilakukan sebaikk-baiknya, maka ia akan melahirkan sikap mental yang kuat. Sikap mental yang mampu mengendalikan keinginannya. Siapa yang punya kemampuan mengendalikan diri dengan baik, mereka dekat dengan Allah. 

Mereka menjadi sangat dekat dengan Allah, lebih dekat dari urat nadinya. Itulah kualitas taqwa, kemampuan untuk selalu menghadirkan Allah, kapan dan di manapun. Tak heran, dalam rangkaian ayat tentang puasa, pada ayat 186 Al Baqarah, Allah menyatakan betapa dekatnya Dia dengan hamba-Nya.

Itulah dahsyatnya puasa bagi manusia. Seorang yang sukses berpuasa pada akhirnya akan kembali suci, fitri, kesucian sebagaimana awal penciptaan manusia di surga. Mentalitas puasa adalah kemampuan untuk mengendalikan kecenderungan nafs-nya. Mentalitas puasa akan membuat seorang pejabat tahan dari goda korupsi, rayuan ketamakan.

 Siapa yang mampu mengendalikan keinginannya, bukan justru dikendalikan oleh keinginannya, mereka itulah orang-orang yang bahagia. Semisal kebahagiaan saat Adam dan Hawa masih mendiami tanah surga. Wallahu a'lam. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun