Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mindful Eating: Makan Malam Bersama Tanpa Kehadiran Gadget

6 Februari 2024   13:17 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:03 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum aku memulai bercerita panjang lebar tentang topik pilihan Kompasiana, Mindful Eating tentunya kita harus paham lebih dahulu makna dan artinya.

Dikutip dari Harvard School of Public Health, mindful eating berasal dari filosofi mindfulness atau kesadaran yang lebih luas.

Tujuannya adalah untuk lebih memperhatikan makanan dan pengalaman makan itu sendiri. Dalam mindful eating, kamu dilatih untuk menghargai sekaligus mengetahui apa yang kamu makan.

Mindful eating atau makan dengan kesadaran penuh ini berarti kamu menggunakan indra dan emosional untuk mengalami serta menikmati makanan.

Sebuah pengalaman menarik tentang Mindful Eating kudapatkan ketika bersama keluarga sedang berada di Sydney dan pergi untuk makan malam di sebuah restaurant.  Makan malam yang memberikan kesan mendalam padaku.  Bukan hanya karena rasanya enak dan pelayanannya  prima namun disitu mengingatkan aku tentang masa lalu ketika internet dan gadget/gawai belum ada sama sekali. Sebuah pengalaman yang mengingatkan dan mengajarkan tentang Mindful Eating di era digitalisasi dan Media Sosial yang membahana.

Resto itu bernama Gidgley berada di tengah kota Sydney.  Resto itu jika tidak memperhatikan posisinya benar-benar maka bisa terlewatkan karena tidak seperti resto pada umumnya yang depannya ditata dengan meja kursi dan penuh pengunjung yang sedang menikmati makanannya, namun hanya sebuah pintu dengan tangga menuju kebawah atau rubanah dari pinggir jalan ramai. Tangga kebawah itu berada diantara cafe kekinian yang penuh pengunjung dan gedung perkantoran yang sunyi karen jam kerja sudah usai. Tandanya hanya sebuah signboard tergantung dengan lambang 2 angsa tanpa nama. Hanya ada nomer rumah yang terbuat dari logam berwarna emas sederhana tertempel di tembok.  Lampu menuju pintu remang-remang.
Setelah yakin bahwa ini resto tujuan untuk makan malam, kita menuruni tangga menuju pintu dan harus memencet sebuah kotak dengan layar, baru pintunya memberi tanda kalau sudah terbuka.

Di dalam kita masuk kesebuah ruangan temaram dan turun tangga lagi sampai bertemu dengan resepsionis yang menyambut dengan hangat dan ramah.  Kemudian setelah menyebutkan nama untuk memastikan reservasi, kita diajak masuk kedalam resto dan diberikan meja.
Yang unik dari resto ini adalah begitu kita selesai order makanan, ponsel kita akan diminta untuk disimpan dalam sebuah kantong yang sudah ada nomernya.  Selama makan, kita tidak diperkenankan memegang gawai sama sekali.  Ini aturan yang wajib diikuti dan dipatuhi oleh semua pengunjung resto.
Di awal, anakku dan temannya yang sangat terbiasa memegang gawai menjadi sangat tidak nyaman dan kebingungan.  Suasana menjadi lebih cair setelah kami bergurau dan mengatakan bahwa ini seperti sedang makan malam di era tahun 80 dan 90an dimana tidak ada gadget sama sekali.
Tak lama kami terbiasa tanpa adanya gawai. Kami sangat menikmati makan malam yang tersaji dan keberadaan masing-masing tanpa perlu melihat atau melirik ke gawai.  Karena aku tidak memegang gawai, aku tidak bisa memoto atau merekam makanannya yang tersaji dengan cantik dan rasanya enak, pelayanan yang prima dan kebersamaan kami sekeluarga yang sangat akrab. 

Setiap menu yang kami pesan datang maka diberikan penjelasan tentang makanan dan asal dari bahan-bahan pembuatnya oleh staff resto, hal membuat kami jadi lebih memperhatikan dan menghargai makanan yang tersaji dihadapan.

Kami berbincang tentang tampilan, bentuk, rasa dan tekstur makanan. Bukan itu saja tapi juga jadi tahu tentang daerah-daerah yang menghasilkan produk makanan lokal.

Tanpa terasa kami tidak lagi merasa kehilangan ponsel yang selalu menjadi kebutuhan utama kami selama ini.


Pengalaman apa yang kudapat dari Mindful Eating ini :

1. Fokus

Tanpa keberadaan smartphone, kami bisa fokus dalam menikmati makan malam bersama keluarga. Memoto makanan atau sekedar melihat kabar di layar ponsel menjadi tidak penting lagi karena kami fokus pada satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun