Aku mengutarakan semua uneg-uneg dan meradangku yang hebat atas kejadian-kejadian yang menimpaku.
Dia dengan sabar mendengarkan apa yang menjadi curhatanku. Â Setelah aku puas bercerita, dia dengan tenang berbicara. Katanya sederhana saja, ia mengatakan padaku bahwa seharusnya dengan kejadian ini, aku sepantasnya bangga bahwa telah mampu dan menang dalam pencobaan dan ujian ini.Â
Aku selalu ingat apa yang dia katakan bahwa semua prinsip dan nilai hidup yang kita anut itu benar bila sudah menghadapi ujian dan kita lulus. Â Dalam hal ini ia mengatakan bahwa aku sudah lulus dan menang, seharusnya kamu senang bukannya malah menangis mengasihani diri.
Apa yang dikatannya seperti menyalakan lampu bohlam 100 watt di kepalaku. Â Semuanya jadi terang benderang.
Aku menyetujui apa yang dia katakan dan menyadari bahwa aku ini adalah seorang pemenang. I am a Hero not a Zero.
Dengan cara berfikir yang baru, aku menjadi tenang dan percaya diriku kembali bangkit.
Tidak ada air mata lagi untuk mengasihani diriku.
Karena aku tidak perlu dikasihani.  Aku adalah pemenang.
Kesadaran baru ini membawa aku dalam kegiatan untuk memberdayakan para perempuan supaya mereka tetap berdiri teguh dengan prinsipnya.
Aku mulai memberikan pelatihan-pelatihan hard dan soft skill pada perempuan-perempuan korban kekerasan seksual maupun KDRT.
Aku mengajari mereka membuat masakan-masakan yang bisa mereka jual kembali.