https://www.instagram.com/bsiexplore_cibolangkaler?igsh=MXBzeDdhcjh1b3FmNQ==
Sukabumi --februari--Di tengah tren kuliner modern yang semakin berkembang, terdapat satu kue tradisional yang masih bertahan sejak sebelum Indonesia merdeka. Kue Sumatra, yang terbuat dari sagu, terus diproduksi secara turun-temurun di Kampung Cimahi, Desa Cibolang Kaler, Dusun Cirenged.hari Rabu, 11 Febuari 2025.Â
Kue ini dikenal dengan warna pink dan putih yang khas, terbuat dari bahan sederhana seperti sagu, gula pasir, dan kelapa, tanpa tambahan pengembang. Rasanya yang autentik menjadikannya tetap populer, terutama di kalangan pecinta kuliner tradisional.
Dari Oven Tradisional ke Pasar yang Lebih Besar
Hj. Rifai, sebagai generasi penerus pembuat Kue Sumatra, masih mempertahankan cara pembuatan yang diwariskan turun-temurun. Pada awalnya, kue ini dipanggang dengan oven tradisional berbahan bata. Di tahun 1960-an, oven yang digunakan berukuran kecil dan hanya dapat memuat satu loyang. Namun, dengan berkembangnya usaha, pada tahun 1980-an produksi mulai ditingkatkan. Kini, Kue Sumatra telah dipasarkan ke berbagai daerah, termasuk pelabuhan Ratu, Bandung, Bogor, dan Banten, meskipun masih dijual di warung-warung kecil dan belum tersedia di toko-toko besar.
Produksi Terbatas, Kualitas Terjaga
Setiap hari, produksi Kue Sumatra mencapai dua bal, dan setiap hari Minggu yang dijadikan sebagai hari libur produksi. Proses pembuatan melibatkan dua tenaga kerja, dengan total sekitar sepuluh karyawan yang terlibat dalam usaha ini.
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan usaha ini adalah Pak Ramhat (60), seorang pensiunan guru SD yang telah mengajar selama 40 tahun. Setelah pensiun dari profesinya sebagai PNS, beliau kini aktif menjaga agar tradisi pembuatan Kue Sumatra tetap terjaga.
Saat ini, usaha Kue Sumatra sudah memiliki legalitas resmi dan izin usaha, termasuk sertifikasi halal dan izin dari Dinas Kesehatan.