Mohon tunggu...
Uka Whardhana
Uka Whardhana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

Seorang Insan pembelajar yang ingin berbagi rasa juga asa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Open Minded

1 Agustus 2020   22:54 Diperbarui: 1 Agustus 2020   23:09 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : id.gofreedownload.net

Menjadi insan open minded memang tak mudah, tapi ada caranya. Bayangkan saja ketika kita di sodorkan bakso comberan yang kini sedang viral. Dari namanya saja membuat diri tidak mau memakannya juga karena kuah nya yang warna hitam layaknya air comberan yang hitam pekat, padahal seumur-umur belum pernah terdengar sebuah makanan yang namanya jorok seperti itu. Apakah kita akan menolak memakannya?

"jangan dulu".

Langkah pertama, baiknya coba rasakan dulu, jangan sampai bilang tidak sedap sebelum mencobanya. Kalau sudah menolaknya terlebih dahulu, bagaimana mungkin kita bisa tahu rasanya?

Kedua, seruput kuahnya menggunakan sendok kemudian makan baksonya kerahkan gigi untuk mengunyah, kecap menggunakan lidah. fungsinya untuk menyaring informasi, oh baksonya enak, ternyata warna hitam dari kuahnya itu berasal dari buah picung. Terakhir telan! Seperti itu agaknya analoginya.

Sama seperti menerima informasi baru. Jangan ditolak dulu, kunyah dulu, baru telan! Dijamin pikiran dan jalan menuju dunia yang luas ini akan terbuka lebar. Selamat makan!


Di era globalisasi kini begitu banyak berbagai macam pemikiran masuk berlalu lalang silih berganti di bumi manusia. Hingga memproduksi macam-macam model manusia yang beragam akan pemikiran, ucapan juga tindakan yang memiliki khasnya masing-masing.

Perihal globalisasi yang kian waktu makin marak besarnya, sehingga tidak ada kata bendung untuk menahan derasnya pemikiran-pemikiran yang tak elok itu. Sebagai pribumi tak ada cara lain untuk mem-filter segala macam pemikiran-pemikiran yang mengalir deras bak ombak yang menerjang karang.

Di tengah-tengah kehidupan yang seperti itu, tak sedikit orang yang masih saja berpikiran jumud tak membuka pikiran dengan segala tektek bengek yang ada pada era globalisasi. Seolah menganggap hal yang beraromakan globalisasi akan merusak idealismenya.

Seperti halnya analogi yang saya ungkapkan di atas perihal bakso comberan, mana mungkin kita bisa tahu rasanya jika tidak memakan juga menyeruputi kuahnya, perihal penilaian sedap tidaknya nanti di akhir kau putuskan untuk memilih dan mimilah, seperti itulah open minded, jangan terlebih dahulu menjustifikasi sebelum kau tahu bagaimana rasanya.

Sesering mungkin kita harus melihat dunia lebih jauh, berpikiran lebih luas, juga mengembara lebih dalam lagi. Agar kita takkan mudah menilai bahwa kejelekan akan selalu buruk dan benar-benar buruk.

Open minded itulah yang sering banyak orang katakan ketika mengajak seseorang agar lebih terbuka dalam berpikir dengan segala hal yang kini sedang marak merebak di banyak tempat. Open minded akan mengantar mu pada gerbang perkembangan, meskipun tidak kamu sukai hal yang baru setidaknya dengan mencoba hal yang baru akan membuatmu terasa ringan juga nyaman ketika ada seseorang yang berbeda darimu.

Juga karena hal itulah akan membuatmu dapat memahami orang lain, menerima dengan lapang dada saran dan kritik yang mereka lontarkan kepadamu, dan tak akan membuat mu jadi besar hati juga kepala, dengan berpikiran terbuka akan membuat diri tidak apatis memandang perubahan.

Open minded hukumnya wajib pasalnya itulah modal awal perubahan. Teringat kata-kata bapak Proklamator Bung Karno," Jas Merah : Jangan-sekali-kali melupakan sejarah", ucapnya. lagi-lagi kita mesti melihat hikmah yang ada dalam sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW.

Kala itu orang-orang Mekkah menutup pikiran tak mau menerima pemikiran yang baru (islam) yang dibawa oleh Rasul, penyebabnya mereka tidak mau menanggung banyak resiko yang akan terjadi ketika mereka menerima pemikiran baru itu.

Tapi rasul tak bersempit hati malah mencari peluang yang baru dengan cara Hijrah ke Madinah, ketika itu masyarakat Madinah dengan mudahnya dapat menerima pemikiran baru. Kalian tau kenapa? Karena penduduk madinah menyukai hal-hal yang baru/open minded.

Dimulai dari open minded lah semua hal dapat berubah menjadi baik, seperti halnya Madinah berawal dari penduduk yang open minded sehingga Madinah menjadi cikal bakal perubahan bagi seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun