DKI 1 adalah sosok figur yang akan selalu menjadi harapan dan pasti akan diliput media. Tidak lepas dari sorotan mata publik yang akan selalu mencari-cari kesalahan. Jadi harus selalu tampil baik di depan publik. Karena sebagai publicfigureyang memimpin ibukota sebuah negara diharuskan untuk tidak ada kesalahan sedikitpun. Karena rakyat memilih untuk memperbaiki ibukota dengan segala harapan-harapan yang digantungkan kepadanya.Â
Setiap keputusannya akan menjadi seutas tali kehidupan bagi rakyatnya. Rakyat punya paradigma jika kepala daerah itu harus sempurna serta tidak terlepas dari hubungannya dengan rekan kerja. Ternyata pada kenyataannya belum selang satu semester dalam bekerja sudah banyak silang pendapat yang terjadi antara DKI 1 dan DKI 2, yang harusnya selalu bersama malah sering terlihat tidak bersama.
Seperti contoh masalah rumah tapak DP 0 di Rorotan.  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan rumah tapak DP 0 di Rorotan bukan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebelumnya menyebutkan bahwa groundbreaking rumah tapak DP 0 itu akan dilakukan pada 28 Februari tahun ini (tribunnews.com ). Dari hal ini saja hingga statementsudah keluar malah terjadi beda pendapat, menunjukkan ketidak-kompakan antara pasangan pemimpin Jakarta. Hal ini juga menimbulkan badrespectdan menurunkan citra dimata masyarakat.
Baru-baru ini juga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang penting Jakarta ini. Pernyataan Anies yang menyebutkan Jalan Jatibaru belum dibuka karena tidak ada sesuatu yang urgent, berbeda dengan apa yang disampaikan wakilnya. Sandi mengatakan, Jalan Jatibaru hampir pasti dibuka kembali untuk umum, karena Pemprov DKI segera mengumumkan penataan kawasan Tanah Abang tahap kedua. "Ada di midterm, ada kemungkinan dibuka. Hampir pasti dibuka," kata Sandi di Balai Kota Jakarta, Jumat (2/3/2018).Â
Menurut Sandi, untuk merealisasikan penataan Tanah Abang tahap kedua dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) dan pembangunan Sky Bridge seperti Cihampelas, Bandung. Makin telihat ketidak-akraban mereka yang sepertinya jalan sendiri-sendiri. Kenapa tidak belajar dari pengalaman yang sudah jelas tersorot jika mereka berbeda pendapat. Harusnya mencari cara bagaimana bisa terlihat kompak dan akur saat memimpin Jakarta. Silang pendapat terakhir adalah soal penataan PKL di Jalan Sudirman-Thamrin yang disediakan Pemprov DKI. Bila Anies ingin trotoar steril dari kios, Sandi justru ingin ada kios-kios PKL. (liputan6.com ).
Terlepas dari ada kebaikan dari salah satu keputusan diantara mereka, alangkah bagusnya tidak sampai ke publik jika mereka mempunyai perbedaan pendapat. Karena akan menambah-nambah keburukan untuk mereka. Masyarakat akan bisa menilai keburukan itu dan menimbulkan rasa tidak percaya lagi kepada pemimpin. Karena dengan pasangan kerja sendiri sudah tidak sependapat, bagaimana bisa serius dalam merubah Jakarta.