Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prinsip Suci Zaman Sekarang

24 Februari 2018   10:26 Diperbarui: 24 Februari 2018   10:42 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: nikensupraba.com

Suatu kegilaan yang bukan-bukan. Dibilang gila, ya bukan gila. Mereka tak mau dibilang gila. Mereka kira mereka itu waras. Sampai akhirnya mereka tak sadar kalau yang gila itu diri mereka sendiri. Tepatnya, yaitu kegilaan yang negatif. Kira-kira seperti itu realitas saat ini. Makna yang sudah jelas malah dirancukan. Semua sudah dicampuradukkan dengan sengaja. Pantas saja, Al-Masih Ad-Dajjal nampaknya memang sudah mengeluarkan jurus-jurusnya sebagaimana etimologi nama Dajjal itu sendiri.

Saya mesti siap-siap kalau apa yang di tangan kanannya pun sudah nampak. Saya tahu kalau apa yang saya pilih justru adalah apa yang ada di tangan kirinya. Gawat! Kebanyakan manusia memilih tangan kanannya! Tidak hanya orang terdekat, tapi juga saudara, teman, dan orang lain, siapapun itu.

"Oke, Ar u ready?" tanya saya kepada diri sendiri.

"Kau tau ini tak mudah?" tanya saya kepada diri saya sekali lagi.

"Kau bisa saja sendirian menempuh jalan ini sampai nanti berjumpa dengan orang-orang yang menempuh jalan yang sama," nasihat saya kepada diri saya sendiri.

"Oke... Tak ada jalan untuk kembali karena aku sudah pasti kalah menempuh perjuangan hidup," jawab saya kepada diri saya sendiri.

"Kau tau, aku sudah habis!"

"Kau tau, aku tak lagi ingin menempuh apa yang ditempuh orang banyak!"

"Kau tau siapa aku yang tak banyak berbuat sebagaimana manusia lain yang begitu sibuk mengejar dunia. Bukan itu tugas kekhalifahanku," kataku kepada diriku.

Mungkin kita harus bedakan antara mengurusi dunia dengan mengejar dunia. Dua hal berbeda yang dirancukan maknanya sebagaimana apa yang ada di bukunya Max Webber. Makna "zuhud" sebagai suatu sikap terhadap dunia tidak akan melenceng dari definisi zuhud itu sendiri kalau saja orientasinya benar. Karena, orang-orang pasti akan menyelewengkan makna kalau arahnya saja sudah tak lagi benar.

Hidup tak lepas dari orientasi. Dan manusia hidup tak lepas dari memaknai dan menyikapi. Garis-garis batas pun sudah jelas. Kalau yang "ini" sudah dibegitukan, dan "itu" sudah dibegitukan, maka sudah pasti chaos struktur maupun tatanan kehidupan manusia. Gampang saja itu dilakukan kalau niat berupa nafsu itu muncul. Katakanlah hal demikian sebagai pembenaran atas perilaku yang tak benar. Karena akal yang tak sehat bisa saja membolakbalikkan logika sekehendaknya kalau fundamen atau aturan-aturan primordial itu dicampakkan. Nilai-nilai bisa dicampakkan. Agama bisa dicampakkan. Termasuk juga Kitab Suci pun bisa dicampakkan sejauh-jauhnya. Itu sudah terjadi. Bahkan saat ini kita tak perlu terlebih dahulu memegang Kitab Suci itu untuk kemudian mencampakkannya. Karena cukup dengan tak usah menyentuhnya sama sekali itu sama saja dengan mencampakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun