Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Misi Kemerdekaan Dulu, Visi Kemerdekaan Sekarang

16 Agustus 2017   21:33 Diperbarui: 17 Agustus 2019   22:20 4710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.amalan.com

Entah kenapa belakangan ini saya merasa aneh kalau mendengar orang meneriakkan kata "merdeka!".

Saya coba memahami kenapa keganjilan itu bisa timbul. Dan ternyata, penyebabnya tak terlepas dari aktualitas dan konstelasi jaman.

Memang, apa yang kita hadapi saat ini bukan lagi imperialisme yang mensubordinasi hak-hak kemanusiaan orang-orang pribumi. Itu permasalahan nenek-kakek kita. Makanya makna kemerdekaan bagi mereka merupakan misi yang harus segera dicapai dalam waktu sesegera mungkin. Beda dengan keadaan saat ini, dimana permasalahan perenial yang kita hadapi tak habis-habis dan akan selalu ada. Sebut saja korupsi, kerancuan nilai-nilai, pembodohan yang dilakukan oleh pihak luar (yang satu ini memang sangat jarang disadari), pencerabutan nilai-nilai primordial --baik itu keagamaan, kemanusiaan, maupun kebangsaan, dan lain sebagainya.

Jadi, makna kemerdekaan kita memang sudah berbeda dengan mbah-mbah kita dulu. Kemerdekaan kita lebih merupakan sebuah visi. Kita memerangi masalah-masalah zaman saat ini dengan tidak pernah berkesudahan. Dan karena kemerdekaan kita adalah sebuah visi, maka barangkali kita saat ini tidak akan pernah mendapatkan kemerdekaan. 

Artinya, hal itu jelas merupakan perjuangan terus menerus tanpa henti. Memang kalau dipikir-pikir sangatlah kompleks musuh-musuh kita. Bukan lagi terhadap manusia atau suatu kelompok, melainkan sesuatu yang metafisik wujudnya. Tapi juga jangan sepele, karena dampaknya sangatlah besar. Lihat saja, kalau permasalahan imperialisme di zaman dulu mengakibatkan timbulnya rasa persamaan dan kesatuan dalam wujud nasionalisme, nah sekarang --pada saat ini-- akibatnya jadi terbalik, dimana rasa persatuan itu memecah dan terserak-serak.

Jadi sebenarnya tak ada waktu untuk bersantai-santai bagi kita dan generasi-generasi berikutnya. Jangan kira setelah kita merdeka 72 tahun yang lalu lantas kita sudah bisa nyantai selonjoran dan enak-enakan. Di sini bukan surga.

Lagipula, saya kira kesalahpahaman tentang kemerdekaan macam tadi-lah yang membuat kita jadi begini. Satu pihak mengira dirinya sudah bisa hidup enak tanpa gangguan atau masalah, di sisi lain, pihak yang masih bergelut dengan masalah kehidupan malah terus mempertanyakan kemerdekaan. "Katanya bangsa ini sudah merdeka, tapi kok hidup saya masih begini?" begitu kira-kira ungkapan kekecewan mereka. Dan karena perbedaan seperti tadi-lah kita tak pernah menemukan titik temu.

Kalau harus mengibaratkannya dengan sebuah kalimat, kemerdekaan visioner tadi sama hakikatnya dengan lafal adzan "hayya alal falah" yang artinya marilah menuju kemenangan. Lafal tersebut bermakna sebuah ajakan kolektif dan berorientasi pada sebuah kemenangan. Jadi, jangan hanya mengatakan dan teriak-teriak "merdeka!", karena kalau begitu caranya yang merasakan kemerdekaan itu baru sebagian kecil bangsa Indonesia.

Yang lebih parah lagi kalau teriakan "merdeka!" tadi cuma diucap pada saat-saat hari tujuh belasan begini. Jadinya ya cuma penghias saja. Sedangkan di dalam hati seseorang, teriakan itu bisa jadi malah membuatnya dongkol. Ya itu, kayak yang barusan saya dengar di belakang rumah.

Sekali lagi, kalau memang kita saat ini merayakan kemerdekaan, maka kemerdekaan yang kita rayakan sekarang bukanlah kemerdekaan kita melainkan kemerdekaan mbah-mbah kita. Kemerdekaan kita lain lagi persoalannya, sebagaimana sudah saya utarakan sebelumnya.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun