Mohon tunggu...
Satrio Daniel Botka
Satrio Daniel Botka Mohon Tunggu... Pelajar -

Aku kompasianer cilik, umurku 9 tahun, mencoba menulis dan berbagi kisah di kompasiana, semoga bermanfaat :-)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Serunya Menjadi Duta Baca Cilik di Konferensi Anak 2016

26 November 2016   21:58 Diperbarui: 28 November 2016   13:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Konferensi Anak 2016 dinobatkan menjadi Duta Baca Cilik yang bertugas menularkan virus membaca kepada siapa saja. (foto: dokpri)

Pada tanggal 8 hingga 11 November 2016 yang lalu aku mengikuti acara Konferensi Anak 2016. Pesertanya adalah 33 anak yang berasal dari seluruh Indonesia. Peserta yang ikut adalah anak-anak yang karya tulisnya tentang “Aku dan Jendela Dunia” terpilih dari 1800 karya tulis yang dikirim ke majalah Bobo. Sebenarnya ada 36 anak yang terpilih, namun ada 3 anak tidak bisa mengikuti acara konferensi ini karena ada acara lainnya yang juga diadakan dalam waktu bersamaan.  

Aku masih tak menyangka aku termasuk ke dalam 36 peserta terpilih tesebut. Aku sangat senang sekali, tak sabar ingin mengikuti segala kegiatan yang ada, berkenalan dan bermain dengan teman-teman baru.

Akhirnya hari-hari yang kutunggu tiba juga. Tanggal 8 November 2016, pagi itu jam  alarm membangunkanku. Aku segera bersiap untuk berangkat ke Griya Patria di daerah Pejaten Jakarta Selatan.  Adikku, si anak tengah  juga bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ibu dan adik bungsuku sudah siap akanmengantar kami.  
Kami berangkat ke sekolah dahulu,sekalian mengantar adikku,  aku juga  akan berpamitan dengan Kepala Sekolah, Pak guru wali kelasku, teman-teman sekelasku dan juga guru-guru lainnya.  

Aku senang Kepala Sekolahku, Ms. Renita Yulianti mendukungku, beliau memberi izin aku ikut acara Konferensi Anak 2016 yang berlangsung selama 4 hari ini, jadi aku tidak masuk sekolah 4 hari. Guru wali kelasku, Mr. Oscar Hadisandjaja juga baik, beliau memberiku semangat. Teman-temanku juga senang mengetahui aku ikut Konferensi Anak. Teman-temanku sudah membaca tulisanku di Kompasiana tentang bagaimana aku bisa terpilih menjadi delegasi konferensi anak. Beberapa temanku ada yang bilang padaku bahwa tahun depan ia akan mencoba membuat karya tulis agar bisa terpilih jadi delegasi konferensi.

Aku berpamitan dengan Kepala Sekolah, Pak guru walikelasku dan teman-teman sekelasku. (Foto: dokpri)
Aku berpamitan dengan Kepala Sekolah, Pak guru walikelasku dan teman-teman sekelasku. (Foto: dokpri)
Aku juga berpamitan ke guru-guru di sekolahku. (Foto:dokpri)
Aku juga berpamitan ke guru-guru di sekolahku. (Foto:dokpri)
Perjalanan dari Kelapa Gading menuju Griya Patria di daerah Pejaten membutuhkan waktu dua jam,  pagi itu macet sekali di mana-mana.  Saat kami sampai, sudah banyak peserta konferensi dan pendamping di sana. Pendamping yang datang boleh orang tua peserta ataupun guru. Andriansyah, peserta dari Makasar didampingi gurunya. Nabillah peserta dari Jakarta juga di damping gurunya. Aku dan banyak peserta lainnya didampingi orang tua.

Di hari pertama ini, kak Najwa Shihab menjadi pembicara. Beliau adalah Duta Baca Indonesia yang bertugas keliling Indonesia untuk menularkan virus membaca kepada anak-anak di Seluruh Indonesia. 


“Buku adalah teman terbaik, tidak ada teman yang lebih setia dari buku. Mereka memberi kita ilmu, tapi kita tidak  memberi buku apa-apa. Jika kita menyakiti buku, buku itu tidak mungkin bergerak dan membalas kita kembali. Karena itu buku disebut teman yang paling setia.” Itu kata-kata kak Najwa yang paling kuingat.

Peserta Konferensi Anak berfoto bersama Duta Baca Indonesia, kak Najwa Shihab (foto: dok. red Bobo)
Peserta Konferensi Anak berfoto bersama Duta Baca Indonesia, kak Najwa Shihab (foto: dok. red Bobo)
Setelah makan siang, para peserta konferensi harus berpisah dengan para pendampingnya. Wah saat itu sedih juga rasanya aku harus berpisah dengan ibu dan adik bungsuku. Selama 4 hari aku akan jauh dari ayah, ibu dan adik-adikku. Ibuku menyemangatiku agar aku jangan menangis,  tabah, sabar dan gembira, penuh semangat bersama peserta lainnya.
 Hari itu kami juga mendapat ilmu dari kak Imelda Naomi tentang berbagai macam buku bacaan, misalnya tentang buku encyclopedia, buku pelajaran, novel, dan lain-lain.

Oh ya para peserta di hari pertama ini juga dibagi beberapa grup lho, dan tiap grup punya kakak pendamping. Aku ada di grup yang didampingi oleh kak Allan.

Aku bersama pembimbingku selama konferensi, kak Allan (Foto: Dokpri)
Aku bersama pembimbingku selama konferensi, kak Allan (Foto: Dokpri)
Pada hari kedua, kami para peserta konferensi  pergi naik bus untuk diajak ke perpustakaan pribadi milik Bapak BJ Habibie, Presiden Indonesia yang ke 3. Kami berjumpa dengan Pak Ilham Habibie, anak sulung Pak Habibie. Saat kami memasuki perpustakaannya, kami semua terkagum-kagum  melihatnya. Perpustakaannya besar dan banyak sekali buku-buku di sana tersusun sangat rapi. Melihatnya, aku jadi ingin membuat perpustakaan seperti itu bila besar nanti.

Kami berfoto bersama Pak Ilham Habibie di perpustakaan milik Pak Habibie. Ribuan buku tersusun rapi di sana. (Foto: dok.red Bobo)
Kami berfoto bersama Pak Ilham Habibie di perpustakaan milik Pak Habibie. Ribuan buku tersusun rapi di sana. (Foto: dok.red Bobo)
Di hari kedua ini, selain Pak Ilham Habibie yang menjadi pembicara, ada juga pak Sutanto dan kak Muthia. Kami berkunjung ke Rumah Tujuh A Lebak Bulus, di sana Pak Sutanto Windura mengajarkan cara membaca efektif dan teknik mind map agar mudah menghapal.  Ada 4 cara membaca efektif, yaitu membaca sekilas cepat, membaca biasa, membaca berirama, membaca dengan pertanyaan. Nah menurutku cara paling gampang untukku adalah membaca dengan pertanyaan. Sangat mudah dalam membantuku menghapal pelajaran selama ini.

Kami berfoto bersama pak Sutanto Windura (Foto: dok.red Bobo)
Kami berfoto bersama pak Sutanto Windura (Foto: dok.red Bobo)
Kami diajari cara membuat mind map oleh pak Sutanto. Ilmu yang bermanfaat sekali (Foto: dok red Bobo)
Kami diajari cara membuat mind map oleh pak Sutanto. Ilmu yang bermanfaat sekali (Foto: dok red Bobo)
Kak Muthia ternyata pernah menjadi peserta konferensi anak pada tahun 2009. Kak Muthia menceritakan pengalamannya tentang kegemarannya membaca buku yang akhirnya membuatnya jadi bisa menulis karangan, hingga sudah membuat banyak buku. Kak Muthia juga mengajarkan kami cara menulis, cara mengarang cerita fiksi. Wah seru sekali hari itu, sangat berkesan dan menambah wawasanku.

Kak Muthia, alumni peserta Konferensi Anak 2009 berbagi kisahnya menjadi penulis banyak buku (foto: dok. red Bobo)
Kak Muthia, alumni peserta Konferensi Anak 2009 berbagi kisahnya menjadi penulis banyak buku (foto: dok. red Bobo)
Pada hari ketiga, tanggal 10 November 2016, kami semua melakukan upacara peringatan Hari Pahlawan, untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan bangsa.  Setelah upacara, kami berkumpul di aula Griya Patria. Kami mendapat ilmu dari kak Bayu Gawtama dan kak Dwi. Kak Bayu dan kak Dwi mengajarkan cara menularkan virus membaca. Caranya bisa dengan membuka taman bacaan, membuat perpustakaan, meminjamkan buku kepada teman, menyumbangkan buku kepada anak-anak yang tak mampu.  Kak Bayu dan kak Dwi juga menjelaskan tentang adanya Yayasan 1001 buku.  Kita bisa menyumbang buku-buku ke yayasan 1001 buku, nanti yayasan akan menyalurkan buku-buku tersebut ke taman bacaan atau perpustakaan yang kekurangan buku bacaan.

Kami upacara memperingati Hari Pahlawan (Foto: dok red Bobo)
Kami upacara memperingati Hari Pahlawan (Foto: dok red Bobo)
Hari itu kami juga mendapat ilmu dari Pak Maman Suherman. Pak Maman memberitahu manfaat dari kegemarannya membaca, sehingga akhirnya dengan menjadi penulis Pak Maman dapat membiayai hidupnya.

Ada cerita Pak Maman yang kuingat tentang caranya menularkan virus membaca. Cerita tentang  saat pak Maman punya perahu  yang diisi dengan banyak buku dan sering dibawanya berlayar ke pulau-pulau terpencil hanya demi anak-anak pulau tersebut agar bisa membaca buku. 

Kami semua kaget saat Pak Maman bercerita bila pak Maman pernah tenggelam, apalagi di laut yang ada ikan hiunya. Pak Maman tenggelam karena kapalnya  terbalik. Semua teman pak Maman yang diajak naik perahu sudah lompat dari perahu. Kemudian para nelayan membantu dengan melemparkan jaring. Mereka bukan hanya menolong pak Maman dan teman-temannya, tapi juga menjaring mengumpulkan buku-bukunya. Saat dibawa ke tepi pantai. Banyak orang membantu menyetrika buku itu agar lekas kering  dan segera bisa dibaca. 

Dari cerita pak Maman kita jadi menyadari bahwa masih banyak orang yang membutuhkan buku.

Kami berfoto bersama Pak Maman Suherman (Foto:dok red Bobo)
Kami berfoto bersama Pak Maman Suherman (Foto:dok red Bobo)
Wah tidak terasa sudah hari ke empat, hari terakhir konferensi,  tanggal 11 November 2016, kami diajak bermain bersama di Kid Zania. Wah semua senang sekali, ternyata asyik ikut konferensi anak, selain dapat banyak ilmu bermanfaat dari banyak narasumber, kami juga diajak wisata ke Kidzania. 

Pada siang harinya, kami berkunjung ke kantor Staf Presiden dan berjumpa dengan Ibu Jaleswari Pramodhawardani . Nama panggilan beliau sama denganku, Dani. Ibu Dani bertugas membantu Presiden.  Di kantor Staf Presiden ini seorang teman kami, Flora,  membacakan deklarasi. Deklarasi ini kami buat bersama setiap malam saat di Griya Patria.

Kami juga berkunjung ke kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Wah ternyata para pendamping, orangtua ataupun guru kami sudah hadir di sana. Rencananya kami akan berjumpa menteri KPPA, Ibu Yohana Yembise. Namun sayang  Bu menteri sedang bertugas ke luar daerah, dan kami disambut oleh pak Dermawan. Di kantor KPPA dibacakan lagi deklarasi yang kami buat. Kemudian 33 anak peserta konferensi dinobatkan menjadi Duta Baca Cilik oleh pak Dermawan. Teman kami, Adam memimpin kami membacakan Janji  Duta Baca Cilik. Sebagai duta baca cilik kami akan menularkan virus gemar membaca kepada siapa saja dengan berbagai cara, misalnya dengan membuat taman bacaan. 

Kami para duta baca cilik akan menularkan virus membaca ke seluruh Indonesia (foto:dokpri)
Kami para duta baca cilik akan menularkan virus membaca ke seluruh Indonesia (foto:dokpri)
Demikianlah, setelah acara Konferensi Anak 2016 selesai, kami semua berfoto bersama, dan selanjutkan berpisah. Teman-teman kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Saat perpisahan ini aku merasa sedih, berpisah dengan teman-teman yang baru kukenal tapi sudah akrab, berpisah dengan kakak-kakak pembimbing yang sudah menjaga dan mengajari banyak hal dan kreativitas. Sungguh sangat seru dan bermanfaat bagiku mengikuti Konferensi Anak 2016, menambah ilmu dan wawasan, menambah pengalaman yang tak terlupakan, mengajariku lebih mandiri. Terimakasih kuucapkan kepada Majalah Bobo dan Kompas Gramedia yang memilihku ikut Konferensi Anak.

dari kiri ke kanan : Aku (dari Jakarta), Adriansyah (dari Makasar), Nicole (dari Papua), dan Nailu (dari Jawa Tengah) (foto : Dokpri)
dari kiri ke kanan : Aku (dari Jakarta), Adriansyah (dari Makasar), Nicole (dari Papua), dan Nailu (dari Jawa Tengah) (foto : Dokpri)
Oh ya, sebelum pulang aku juga berpamitan dengan Pak Sigit Wahyu. Pak Sigit adalah Editor Majalah Bobo dan juga Penanggung Jawab pada acara Konferensi Anak.  Ternyata pak Sigit juga seorang kompasianer lho..  Senang sekali bisa kenal dengan Pak Sigit dan juga kakak-kakak dari redaksi majalah Bobo.

Aku dan adik-adikku berfoto bersama Pak Sigit Wahyu. (Foto: Dokpri)
Aku dan adik-adikku berfoto bersama Pak Sigit Wahyu. (Foto: Dokpri)
Dibuat Oleh : Satrio Daniel Botka
Kelas  : 5 SD

Foto-foto ada yang koleksi pribadi & koleksi redaksi Bobo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun