Mohon tunggu...
Satrio A.Wicaksono
Satrio A.Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fides et Ratio

Generasi X, suami dan ayah, kebetulan berprofesi sebagai wiraswastawan yang memiliki hobi koleksi diecast, mengagumi ikan koki juga mendukung kesebelasan Liverpool FC.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijaklah dalam Siskamling, Salah-salah Malah Jadi Sumber Masalah

5 Mei 2020   19:25 Diperbarui: 6 Mei 2020   07:55 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TheWicaksonos

Kelemahan Skenario 1:

Ada kemungkinan warga yang tertidur atau teralihkan (oleh TV, ponsel, dsb) selama Sisklaming berlangsung tanpa ada sesama warga yang mengingatkan.

SKENARIO 2:

  • Setiap 20 meter cukup 1 atau 2 orang yang berjaga, masing-masing di ujung jalan yang berbeda.
  • Orang yang berjaga dimaksud pada point (1) dipilih dari warga yang tinggal di ruas jalan tersebut.
  • Selama melakukan Siskamling tidak diperkenankan berkumpul pada satu pos/titik.
  • Warga yang berjaga berpos di rumahnya masing-masing.
  • Koordinasi dilakukan menggunakan kenthongan atau alat komunikasi lain yang disepakati (ponsel, dll)
  • Disepakati bersama waktu, pola dan durasinya
  • Dalam kondisi hujan bisa tidak dilakukan pengawasan keliling tapi warga yang bertugas berjaga di teras rumah masing-masing sambil berkoordinasi/berkomunikasi melalui media yang disepakati.
  • Warga wajib mengenakan masker dan membawa hand sanitizer selama melakukan Siskamling.

Kelebihan Skenario 2:

  • Semua ruas jalan terawasi (Lihat Lampiran Gambar di bawah)
  • Karena setiap ruas jalan saling terhubung maka otomatis koordinasi dan komunikasi bisa terjadi lebih intens tanpa mengabaikan physical distancing.

Kekurangan Skenario 2:

  • Keterbatasan jumlah SDM (warga) menjadikan durasi bisa menjadi panjang.
  • Warga yang bertugas merasa jenuh.
  • Semua warga yang bertugas harus melakukan protokol bersih diri (mandi, keramas) serta proses disinfeksi terhadap pakaian dan semua barang yang digunakan selama melakukan Siskamling.

Sumber: TheWicaksonos
Sumber: TheWicaksonos

Model skenario 2 ini bisa dimodifikasi misalnya peronda ruas jalan vertikal bertugas pada pukul 22.00, 00.00 dan 02.00.
Sedangkan yang bertugas di ruas horizontal bertugas pukul 23.00, 01.00 dan 03.00.
Atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing-masing lingkungan.

Secara pribadi saya memilih skenario 1 dengan mempertimbangkan kondisi saat ini (wabah COVID-19) dimana skenario 1 cenderung lebih praktis karena kalau tidak ada kondisi tidak wajar/mencurigakan warga yang melakukan Siskamling tidak keluar dari halaman rumah sehingga tidak repot melakukan prosedur bersih diri dan disinfeksi sesudahnya.

Skenario 1 juga tentu saja lebih aman dari potensi paparan COVID-19 dari benda di luar atau apapun yang memang tak bisa diawasi dengan mata telanjang.

Jangan lupa bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga keamanan lingkungan, bukan kumpul-kumpul/bersosialisasi. Ini bukan saatnya bersosialisasi secara langsung, jangan sampai karena ingin mengantisipasi suatu masalah kita justru menjadi sumber masalah untuk hal lain (COVID-19).

Jadi Siskamling dalam masa pandemi tak cukup sekedar menggunakan masker dan membawa hand sanitizer, tapi physical distancing harus benar-benar pula diterapkan, salah satunya melalui peniadaan aktivitas kumpul-kumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun