Mohon tunggu...
Satrio Ahmad Dzaki
Satrio Ahmad Dzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa Arsitektur Universitas Hasanuddin

senang menonton film, bersepeda, tertarik dengan arsitektur, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Mahasiswa KKN Universitas Hasanuddin Rancang Revitalisasi Tugu Desa Citta, Dukung Potensi Desa Wisata Di Soppeng

3 September 2025   14:47 Diperbarui: 3 September 2025   14:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto serah terima rancangan tugu Desa Citta dengan Kepala desa Citta.

Selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Citta, Kabupaten Soppeng, ada satu pemandangan yang selalu menyambut saya setiap hari: tugu selamat datang di gerbang desa. Tugu itu berdiri di sana, namun terasa "diam". Baginya, menjadi penanda saja seolah sudah cukup. Padahal, sebagai gerbang menuju calon desa wisata, penampilannya terasa sangat jauh dari kata menarik.

Sebagai seorang mahasiswa arsitektur dari Universitas Hasanuddin, saya merasa resah. Desa Citta menyimpan begitu banyak cerita dan keindahan, tetapi "wajah"-nya belum mampu merepresentasikannya. Dari keresahan itulah, program kerja utama saya lahir: sebuah upaya untuk memberikan suara dan jiwa baru bagi sang tugu melalui Rancangan Revitalisasi Tugu Desa Citta.

Menggali Kisah Tiga Ikon: Raja, Anjing Hitam, dan Mata Air

Alih-alih membuat desain yang hanya indah dipandang, saya memilih pendekatan historis. Saya percaya, sebuah ikon harus berakar kuat pada cerita asal-usulnya. Setelah berdiskusi dengan para tokoh masyarakat, saya menemukan tiga ikon historis yang menjadi fondasi Desa Citta: seorang raja, seekor anjing hitam, dan sebuah mata air. Tiga elemen inilah yang menjadi "nyawa" dari konsep desain saya.

Konsep bentuk yang saya pilih adalah alphabetical design dengan mengadopsi tiga huruf inisial "DCT" (Desa Citta). Uniknya, setiap huruf tidak berdiri sendiri, melainkan mewakili satu ikon sejarah tersebut:

  • Huruf D: Mewakili sang Raja (pemimpin).
  • Huruf C: Mewakili Anjing Hitam (penemu mata air).
  • Huruf T: Mewakili Mata Air (sumber kehidupan).

Ketiga huruf ini saya susun menjadi sebuah komposisi yang dinamis, seolah saling bercerita satu sama lain.

Desain yang Menyatu dengan Alam

Selain filosofi, desain ini juga sangat memperhatikan konteks geografis. Anda akan melihat banyak anak tangga pada struktur tugu. Ini bukan sekadar hiasan, melainkan penggambaran letak Desa Citta yang berada di daerah pegunungan yang berundak-undak.

Untuk palet warna, saya sengaja memilih warna-warna yang calm dan natural. Mengapa? Karena saya tidak ingin tugu ini "berteriak" dan merusak keindahan lanskap di belakangnya. Latar belakang tugu adalah hamparan pegunungan hijau yang megah. Biarlah tugu ini menjadi bagian harmonis dari alam, bukan mendominasinya. Ia hadir untuk melengkapi, bukan untuk menyaingi keindahan yang sudah ada.

Foto render rancangan tugu Desa Citta
Foto render rancangan tugu Desa Citta
Apresiasi dan Secercah Harapan untuk Citta

Ketika rancangan ini saya presentasikan di hadapan warga, pemuda, dan seluruh perangkat desa, respons mereka sungguh di luar dugaan. Sambutan hangat dan apresiasi yang tulus mereka berikan menjadi kepuasan terbesar bagi saya. Mereka melihat desain ini bukan hanya sebagai sebuah bangunan baru, tetapi sebagai cerminan dari identitas dan kebanggaan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun