Mohon tunggu...
satria winarah
satria winarah Mohon Tunggu... Programmer - yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya

Seorang programmer yang membagi hatinya dengan sastra, sejarah, dan militer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggapai Kekayaan Dengan Kezuhudan

13 Maret 2014   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bismillahirrahmanirrahim

Bermula artikel ini, dengan mengucapkan : segala puji bagi Allah, yang dalam kendaliNya segala nasib setiap makhluk. Jika bukan karenaNya, tidak akan bergerak segala sesuatu. Jika bukan kehendakNya, tidak akan terjadi apapun juga. Dan dengan kemahakuasaanNya, Ia berlakukan hukum yang mendampingi kita dalam hidup dan menjadi dasar serta alasan diberlakukannya syari’at.

Maha Kuasa Allah yang telah menempatkan hasrat dan keinginan pada tempat yang tepat, guna menjadi rintangan bagi manusia dalam mendaki menuju Tuhannya. Menjadi suatu alasan yang sempurna, kenapa manusia kelak dihadiahkan surga. Dan juga menjadi alasan yang sempurna, Allah mencoba membuat mereka yang durhaka terus mengingatNya di dalam neraka. Sungguh maha mengetahui yang terbaik Dia. Dan Dia berikan yang terbaik itu sebagai kondisi dasar seorang hamba.

Hanyalah satu hal yang kita cari di dunia ini. Bukan apapun. Dan selama satu hal ini tidak ditemukan, hidup kita adalah sia-sia. Tapi kita cenderung mengejar yang lain, bahkan sampai mempertaruhkan waktu, kesempatan, dan segala nikmat yang telah diberikanNya. Tapi telah Ia tetapkan tahapan demi tahapan yang harus dilalui, dan setiap anak tangga punya warna lantai yang berbeda. Maka semoga, Ia perkenankan artikel ini menjadi warna dan ukiran sebuah keramik pada anak tangga ini. Dan dengan ini, dapat direguk manfaat yang tidak sedikit.

Bermula dari hasrat yang membuat manusia ingin kaya dan mendapatkan kenikmatan duniawi. Hingga berbagai cara dirumuskan untuk mendapatkannya, dan berbagai macam jenis manusia datang untuk mengeksekusi seluruh rumusan itu, hingga sebagiannya berhasil dan sebagiannya gagal. Singkat cerita, segala rumusan tersebut, bukan sebuah rumusan yang jitu, selama tidak mengikutsertakan unsur peran Allah di dalamnya.

Diketahui bahwa biar bagaimanapun, sesibuk apapun seorang manusia, segiat apapun ia mencoba mendapatkan harta, hakikatnya tetaplah Allah yang membagi-bagikan hartaNya, kepada siapa yang Ia kehendaki. Hingga sempurna tidak ada jaminan bagi seorang manusia, bahwa giatnya dapat membuatnya kaya. Hanya belas kasih dan penghargaan Allah saja yang membuat seorang manusia dapat berjaya.

Dan sebuah cara jitu dibangun untuk mewujudkan kekayaan yang sering diidam-idamkan oleh manusia. Sebuah cara yang mengikutsertakan Allah, sehingga lebih pasti. Dan juga satu-satunya cara yang memberikan kekayaan, melalui dua pemaknaan. Sebuah cara yang kemungkinan berhasilnya ialah akurat. Tapi syaratnya, cara ini harus dilakukan dengan tulus. Bila tidak, sama saja seperti membeli kerugian besar dengan hidup sendiri.

Ketika seorang hamba tulus menjadi seorang zahid. Sebuah sunnatullah terjadi. Pertama, sunnatullah yang berupa datangnya dunia sebagai ujian bagi seorang zahid yang tulus. Ketika seorang manusia berpaling dari dunia, dengan sebuah palingan yang tulus dan penuh pengetahuan terhadap makna hakiki, maka dunia akan mengejar dibelakangnya sambil merengek-rengek minta diberi tempat dihatinya. Dan sejauh si zahid berhasil melawan itu semua, dunia tersebut akan terus datang mengejar karena Allah telah menjadikannya sebagai ujian bagi si zahid. Itulah makna pertama kekayaan yang kami maksud.

Kedua, yakni ketika Allah tetap tidak mengirimkan dunia kepada seorang zahid, sekalipun si zahid itu sudah tulus dalam aksinya meninggalkan dunia. Disini, sekalipun dunia tidak Allah buat datang mengejar, dan sekilas pandang kita tidak melihat kekayaan padanya, tapi melalui pandangan mata hati yang mengetahui, sungguh zahid tersebut ialah seorang yang kaya. Dengan kekayaan disini bukan sebagai kayanya ia dalam memiliki berbagai macam harta. Tapi kaya dalam pengertian, ketika ia sudah merasa cukup dengan yang sangat sedikit dan yang sedikit ia katakan berlebihan. Disinilah ketika sedikit dunia yang ia dapat itu terasa banyak sekali. Maka jelas, bahwa dirinya sudah kaya, sekalipun melalui opini dirinya sendiri. Dan itu tidak ada masalah, karena nikmat duniawi biar bagaimanapun, tetap bagi ia yang merasakannya.

Demikianlah dua makna kekayaan yang akan kita dapatkan bila kita mencapai kezuhudan. Sebuah kekayaan yang tak tertandingi oleh macam kekayaan lainnya. Itulah kekayaan hakiki. Kekayaan yang sebenar-benarnya kekayaan dari Allah s.w.t.. Itulah cara jitu yang bisa kami bagi, semoga Allah meridhainya. Terimakasih kasih dan segala puji bagi Allah, yang telah memberikan pengetahuan dan izin atas terbitnya ini. Itulah cara jitu dalam menggapai kekayaan melalui kezuhudan.

Wallahu’alam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun