Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal Tanah Podsol, Biang Kegagalan Food Estate

4 Februari 2024   05:47 Diperbarui: 6 Februari 2024   10:09 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Food Estate di Desa Tewai Baru, Gunung Mas, Kalimantan Tengah (Sumber Foto: KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO) 

Dalam sengitnya debat Capres Cawapres kali ini, megaproyek pangan 'Food Estate' yang dijalankan oleh Kementrian Pertahanan di di Desa Tewai Baru, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, seolah menjadi komoditi politik yang terus digoreng oleh masing-masing kubu Capres-Cawapres.

Megaproyek Food Estate banyak dinilai gagal oleh berbagai pihak, pemberitaan yang meluas dimana diberitakan tanaman singkong yang ditanam pada lahan Food Estate seluas ribuan hektar tersebut, gagal total untuk dipanen, dan malah diganti dengan tanaman jagung yang berpolybag. Artinya, bisa disimpulkan secara sederhana bahwa tanah pada lahan Food Estate di Gunung Mas kurang cocok untuk ditanami komoditi tanaman pangan.

Dikutip dari berbagai media, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah (Walhi Kalteng) Bayu Herinata menyebut proyek food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang digarap oleh Kementerian Pertahanan gagal total dan justru berpotensi merusak keanekaragaman hayati pada wilayah hutan sekitar.

Melihat kasus Food Estate, kita seolah kembali teringat kembali ke jaman Pak Harto dulu yaitu megaproyek lahan gambut sejuta hektar. Tidak main-main, sejuta hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah dibabat pohon-pohonnya hanya demi proyek ambisius mengambil kekayaan hutan Kalimantan dengan dalih ketahanan pangan. Entah bagaimana, hal tersebut seolah Dejavu diulangi lagi oleh sang menantu, Pak Prabowo. Hingga sekarang pun belum ada pemberitaan yang jelas, kemanakah kayu-kayu logging hasil tebangan dari proyek Food Estate tersebut.

Ilustrasi Lahan Tanah Podsolik (sumber: kanal kalimantan)
Ilustrasi Lahan Tanah Podsolik (sumber: kanal kalimantan)

Artikel ini tidak akan membahas lebih lanjut kejanggalan dari proyek Food Estate, tetapi lebih kepada mengapa kedua megaproyek ketahanan pangan ini, selalu gagal total.

Saya bisa memahami bahwa Indonesia adalah negara super besar, tetapi tidak mempunyai lahan yang besar untuk pertanian komoditi pangan. 

Indonesia tidak layaknya negara besar kontinental seperti Amerika Serikat, China atau Rusia, karena walau wilayah negara kita sangat luas, namun karena bentuk topografinya negara kepulauan, membuat sulitnya mencari lahan yang benar-benar luas untuk ditanami tanaman pangan dalam skala super besar.

Ada dua wilayah yang cukup besar dan luas di Indonesia, yaitu Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Namun, walaupun luas tetap ada beberapa catatan cukup sulitnya untuk mencetak lahan pertanian pangan di sana. 

Untuk pulau Kalimantan, walau luas dan relatif datar, tetapi tanahnya tidaklah terlalu subur untuk lahan pertanian pangan, belum lagi Kalimantan adalah juga wilayah 'paru-paru' dunia, dimana wilayah ekologi hutannya selalu diawasi berbagai LSM lingkungan hidup baik dalam dan luar negeri, sehingga tidak mudah seenaknya membuka lahan pertanian di wilayah hutan Kalimantan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun