Mohon tunggu...
The Sas
The Sas Mohon Tunggu... Seniman - Si Penggores Pena Sekedar Hobi

Hanya manusia biasa yang ingin mencurahkan apapun yang ada dalam isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Buka Puasa Gelar Scudetto

3 Mei 2021   13:18 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:21 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah penantian panjang sebelas tahun lamanya, akhirnya para tifosi Inter Milan diseluruh dunia dapat lega dan bergembira karena klub kesayangannya berhasil menjuarai Serie-A musim ini yang menjadi gelar scudetto ke-19 mereka. 

Menang atas Crotone (2-0) di pekan ke-34 (sementara pesaing terdekat Atalanta imbang 1-1 lawan Sassuolo), keunggulan 13 poin Nerazurri sudah tak bisa terkejar lawan-lawannya lagi dengan menyisakan empat pertandingan.

Terakhir kali Inter menjuarai liga pada musim 2009-10 saat Treble Winners bersejarah bersama Jose Mourinho. Sejak terakhir juara Piala Italia 2011 ketika diarsiteki Leonardo, hitung-hitung Inter sudah puasa gelar selama sepuluh tahun. Tentu ini aib bagi klub yang menjadi salah satu raksasa di Eropa.

Entah mengapa, sejak ditinggal Mourinho ke Real Madrid usai menjuarai Liga Champions 2010 di Santiago Bernabeu, Inter seperti susah "move on". Klub berganti sampai sepuluh pelatih, dari mulai Rafael Benitez, Leonardo, Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, Andrea Stramaccioni, Walter Mazzari, Roberto Mancini, Frank de Boer, Stefano Pioli, sampai Luciano Spaletti. 

Tapi tak ada satupun dari mereka yang mampu merengkuh scudetto. Belum lagi pergantian pemilik klub dari Massimo Moratti kepada Erick Thohir, lalu dijual lagi kepada Suning Group; yang secara tidak langsung turut mempengaruhi transfer pemain dan hasil di lapangan. 

Timbul penyakit angin-anginan La Beneamata: kadang tim tampil bagus, tapi lain hari bisa main jelek membuang poin (Interisti sejati sudah terbiasa dengan hal ini).

Seakan jadi hal lumrah, Inter yang tampil garang dan meyakinkan dipapan atas pada putaran pertama, lalu tak tahu kenapa jadi loyo dan kehabisan bensin pada putaran kedua liga. 

Ambil contoh era kepelatihan Spaletti (2017-2019). Dua musim berturut-turut, bukannya bersaing memperebutkan gelar juara Serie-A, tapi di pertandingan terakhir kompetisi malah berjuang mati-matian hanya untuk posisi keempat demi tiket lolos ke Liga Champions.

Kemudian datanglah Antonio Conte menggantikan Spaletti. Dan terbukti mantan pelatih Timnas Italia itu berhasil mengubah mentalitas Inter. Di musim perdana 2019-20, Nerazzuri "hampir" juara di dua kompetisi: runner-up Serie-A (selisih satu poin dengan Juventus) dan finalis Europa League (kalah 2-3 dari Sevilla).

Ini tak lepas dari perekrutan pemain yang tepat di bursa transfer. Salah satu yang paling menonjol adalah Romelu Lukaku. Pria Belgia yang tadinya dicap sebagai striker gagal di Manchester United dan kerap jadi sasaran kritikan, ditangan Conte berubah jadi penyerang garang yang haus gol. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun