Begadang sering dianggap hal biasa, bahkan jadi gaya hidup banyak orang di era digital. Namun di balik itu, kebiasaan ini membawa dampak serius bagi kesehatan dan kualitas keimanan. Artikel ini mengajak kita melihat ulang: benarkah begadang tanpa manfaat layak dilestarikan? Sebab tidak semua yang biasa itu benar---terkadang yang benar justru harus melawan kebiasaan.
 Begadang Tiada Guna, Kebiasaan Biasa Yang Diam-Diam Menggerogoti Kesehatan Dan Iman
"Begadang jangan begadang kalau tiada artinya..."
Lagu legendaris Rhoma Irama ini sebenarnya sudah menyimpan nasihat penting, tapi justru dilanggar oleh banyak orang setiap hari. Kini, begadang bukan lagi soal darurat, tapi gaya hidup. Banyak orang---khususnya anak muda---terbiasa tidur larut malam hanya demi scroll media sosial, main game, nonton drama, atau sekadar nongkrong tanpa arah.
Yang jadi persoalan, ketika hal ini dianggap biasa. Bahkan seakan menjadi budaya anak muda masa kini: siapa yang tidur cepat, dianggap 'kurang gaul'. Padahal, dampaknya tidak main-main---bukan hanya untuk kesehatan tubuh, tapi juga kualitas keimanan.
Bahaya Begadang dari Sisi Kesehatan
Secara medis, begadang kronis akan mengganggu jam biologis tubuh. Tubuh manusia didesain untuk beristirahat di malam hari, agar sistem kekebalan tubuh bekerja optimal, hormon diperbaiki, dan otak memproses memori.
Dampak begadang meliputi:
Penurunan konsentrasi dan daya ingat
Gangguan metabolisme (obesitas, diabetes)
Penyakit jantung
Gangguan psikologis (cemas, depresi)
Ironisnya, banyak orang menyadari efek negatif ini, tapi tetap menjadikan begadang sebagai rutinitas.