Indonesia masih mengalami masalah kesehatan gizi yang berdampak terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah kesehatan gizi yang saat ini menjadi tantangan utama adalah masalah anak balita pendek atau dikenal dengan stunting (Indrayani et al., 2025).
Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting masih cukup tinggi yaitu, 19,8%, meskipun telah turun 1,7% Â dari 21,5% pada tahun 2023. Diharapkan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk tidak lengah. Tantangan ke depannya adalah bagaimana mempertahankan dan mempercepat penurunan stunting agar target Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2045 dapat tercapai (TP2S, 2025).
Dalam hal ini, diperlukan upaya pencegahan dalam penurunan prevalensi stunting seperti intervensi gizi yang inovatif dan berkelanjutan, terutama dalam pemanfaatan sumber daya lokal.
Daun kelor (Moringa oleifera) dikenal kaya akan protein dan mikronutrien penting yang dapat mendukung pertumbuhan anak (Eriyahma, 2023). Oleh karena itu, inovasi pemanfaatan daun kelor dalam bentuk keripik sebagai cemilan sehat memiliki potensi strategis untuk menurunkan prevalensi stunting.
Kandungan Gizi Daun Kelor sebagai Pangan Lokal
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan sumber bahan pangan yang memiliki sejuta manfaat untuk kesehatan yang memiliki sumber protein dan nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizi daun kelor kering mengandung lebih dari 40 antioksidan alami, protein 26,2 g, kalsium 2.095 mg, besi 27,1 mg, dan ß-karoten 16800 mg. Tingginya kandungan protein dan mikronutrien pada daun kelor menjadi alasan utama digunakannya daun ini dalam mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita (Indrayani et al., 2025).
Bukti Ilmiah Efektivitas Daun Kelor dalam Mencegah StuntingÂ
Berbagai studi menunjukkan efektivitas produk berbasis daun kelor dalam membantu mencegah stunting. Contohnya pada studi Budiono & Has (2025) melaporkan bahwa suplementasi produk daun kelor pada anak balita stunting meningkatkan tinggi badan secara signifikan, yang mengindikasikan perbaikan status gizi dan pertumbuhan. Daun kelor juga mengandung zat bioaktif yang berperan dalam meningkatkan sistem imun dan mencegah anemia, dua faktor penting yang mendukung kesehatan optimal anak (Fatmawati et al., 2022).
Keripik Daun Kelor sebagai Camilan Sehat dan Praktis
Keripik daun kelor sebagai bentuk olahan dipilih karena memiliki daya simpan lebih lama, rasa gurih yang disukai oleh anak-anak, serta tekstur yang renyah sehingga meningkatkan peluang konsumsi secara berkelanjutan dalam pola makan sehari-hari. Selain itu, proses pengolahan dengan teknik penggorengan vakum atau pemanggangan dapat meminimalisasi kerusakan zat gizi, sekaligus menghasilkan produk dengan kadar minyak lebih rendah (Merina et al., 2021).
Keunggulan Keripik Daun Kelor Dibandingkan Bentuk Olahan Lain
Inovasi keripik daun kelor sebagai bentuk olahan praktis yang sehat dan disukai oleh anak-anak dapat meningkatkan permintaan konsumsi daun kelor secara berkelanjutan dalam pola makan sehari-hari. Keripik daun kelor dapat menawarkan alternatif cemilan sehat yang disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa dan mudah diterapkan di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda dengan suplementasi daun kelor dalam bentuk ekstrak atau bubuk yang kurang praktis (Merina et al., 2021).
Kritik dan Tantangan dalam Pemanfaatan Daun Kelor
Sebagian kritik terhadap pemanfaatan daun kelor menekankan bahwa bukti mengenai efek jangka panjang terhadap penurunan stunting masih terbatas, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis yang tepat serta memastikan keamanan konsumsi secara berkelanjutan (Budiono & Has, 2025). Namun, pemanfaatan inovatif pangan lokal sebagai solusi pencegahan stunting merupakan langkah progresif yang dapat melengkapi upaya pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Dibandingkan dengan program nutrisi lainnya, intervensi berbasis daun kelor dinilai memiliki potensi cost-effectiveness yang tinggi karena kelor relatif mudah dibudidayakan serta diolah (Merina et al., 2021).
Potensi Strategis Inovasi Keripik Daun Kelor
Inovasi keripik daun kelor sebagai camilan sehat dapat menjadi alternatif yang efektif dan berkelanjutan dalam menurunkan prevalensi stunting pada anak. Kandungan gizi yang lengkap serta senyawa bioaktif dalam daun kelor berpotensi mendukung pertumbuhan optimal dan meningkatkan status gizi anak apabila dikonsumsi secara rutin. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efek jangka panjang konsumsi keripik daun kelor, termasuk pengembangan teknologi pangan guna memperluas akses dan meningkatkan edukasi masyarakat. Strategi ini sejalan dengan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat serta pencegahan stunting secara menyeluruh.
Referensi:
Budiono, N. D. P., & Has, D. F. S. (2025). Science Midwifery The effectiveness of moringa leaves extract to prevent stunting at toddlers aged 23-59 months. In Science Midwifery (Vol. 13, Issue 1). Online. www.midwifery.iocspublisher.orgJournalhomepage:www.midwifery.iocspublisher.org
Eriyahma, A. (2023). UPAYA PEMANFAATAN DAUN KELOR: PUDDING DAUN KELOR UNTUK MENCEGAH STUNTING. In Jurnal Pengabdian Nasional (Vol. 03, Issue 03).
Fatmawati, N., Zulfiana, Y., & Julianti, I. (2022). Pengaruh Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Pencegahan Stunting Article Info Abstract. Jurnal of Midwifery and Reproduction Science (FUNDUS), 3. www.journal.stikesyarsimataram.ac.id
Indrayani, N., Casnuri, & Khasana, T. M. (2025). Upaya Meningkatkan Minat Ibu dalam Menyiapkan Camilan Balita untuk Mencegah Stunting dengan Buku Saku Resep Camilan Daun Kelor. Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma, 6(1). https://doi.org/10.26874/jakw.v6i1.637
Merina, N. D., Septiyono, E. A., & Arum, A. P. (2021). Keripik Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Produk Unggulan Desa Klampokan, Bondowoso, Jawa Timur dalam Mencegah Stunting Kelor (Moringa Oleifera) Chips As A Leading Product of Klampokan Village, Bondowoso, West Java in Preventing Stunting (Vol. 5). http://journal.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi
TP2S. (2025, 3 Juni). SSGI 2024: Prevalensi stunting nasional turun jadi 19,8 %, capai angka di bawah proyeksi Bappenas. Stunting.go.id. https://stunting.go.id/ssgi-2024-prevalensi-stunting-nasional-turun-jadi-198-capai-angka-di-bawah-proyeksi-bappenas/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI