Mohon tunggu...
Muhammed Rivai
Muhammed Rivai Mohon Tunggu... Konsultan - menulis, menlis dan menulis

...menjadi bermanfaat itu lebih bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Partai 'Terbuka', Kutu Loncat dan Para Penjilat

10 April 2013   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:24 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13656096071629319170

[caption id="attachment_254005" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Partai politik sebagai salah-satu pilar demokrasi memengang peranan penting dalam upaya menciptakan iklim demokrasi yang sehat. Partai politik juga bertanggungjawab atas masa depan demokrasi sehingga peran dan fungsinya sebagai sebuah instrumen demokrasi mesti dijalankan dengan sungguh-sungguh dengan dedikasi tinggi. Di negeri ini partai politik mengalami dekradasi kepercayaan publik dan secara bersamaan partai diinternalnya juga dirundung persoalan yang membuatnya tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Salah-satu fungsi partai politik yang akhir-akhir ini menjadi sorotan adalah ketidak mampuan partai dalam menciptakan kader-kader berkualitas. Persoalan ini berhubungan dengan fungsi rekruitmen dan manajemen kaderisasi diinternal partai politik yang belum mampu bekerja secara maksimal. Namun sungguh aneh, sebagian partai politik menjawab persoalan ini dengan jalan pintas dan cendrung diluar konteks dan inti persoalan. Langkah partai politik ini semakin mempertegas posisinya sebagai partai yang gagal dalam sistem rekruitmen dan kaderi sasi diinternal partainya. Hal ini bisa kita lihat dengan gencarnya partai politik mencari anggota yang akan dipersiapkan sebagai bakal calon anggota legislatif dari luar partainya sendiri. Langkah ini dalam waktu singkat memang akan mendongkrak perolehan suara partai, namun dalam jangka panjang akan menciptakan persoalan yang membuat partai berpotensi mengalami konflik internal dan citra partai semakin terpuruk dimata masyarakat. Ketidak mampuan partai dalam meciptakan kader-kader berkualitas coba ditup-tutupi oleh partai dengan mengkampanyekan diri sebagai partai 'terbuka' untuk semua kalangan. Kampenye ini sesungguhnya adalah upaya pengkaburan masalah, tindakan keliru dan salah kaprah. Keterbukan partai politik semestinya diartikan sebagai upaya partai politik untuk menerima semua golongan/kelompok masyarakat bergabung dengan partainya untuk mengikuti pembinaan dan proses kaderisasi diinternal partai, bukan malah mengobral posisi jabatan politik dan jabatan publik lainnya secara terbuka ke khalayak ramai. sikap partai yang menyatakan diri sebagai partai 'terbuka' dan mengabaikan proses pembinaan dan kaderisasi perlahan-lahan akan merusak jatidiri partai dan sistem politik secara umum. Bibit-bibit konflik akan bersemai dan tumbuh subur dan menjadi bom waktu yang pada saatnya nanti akan meledak dan menghancurkan partai itu sendiri. Disisi lain keterbukaan partai politik akan semakin membuat politisi 'kutu loncat' mendapat angin segar. Keberadaan mereka adalah efek dari konflik di internal partai dan sikap pragmatisme dalam berpolitik. Politisi 'kutu loncat' dan pragmatisme dalam politik semakin memperliahatkan kepada kita semua betapa rusaknya manajemen partai politik saat ini. Sikap partai yang menjadikan partainya 'terbuka' dan cendrung mengobral jabatan politik dan jabatan publik menjadikan iklim politik semakin tidak sehat, kader partai akan merasa dianak tirikan dan secara perlahan ia akan mengurangi totalitasnya dalam berjuang bersama partainya sendiri. Politik transaksional akan menjamur dan menghatui setiap kader partai, mereka yang tak punya sumberdaya finansial yang mumpuni akan tersingkir oleh calon eksternal yang sedang dibidik partai atau mereka-mereka yang sedang mencari 'kendraan' politik. Bahkan jabatan-jabatan strategis didalam partai dengan mudahnya diambil alih oleh orang luar dengan hanya bermodalkan uang tanpa perjuangan panjang bersama partai. Kondisi ini akan membuat partai mengalami disorientasi dalam visi dan pengaburan secara ideologis. Berkembangnya sikap pragmatisme dalam politik serta sikap serba ingin cepat dengan mencari jalan pintas akan melahirkan politisi 'penjilat' yang menghalalkan segala cara demi posisi yang di incarnya. Jika kondisi ini terus diabiarkan dan para 'penjilat' ini menduduki jabatan strategis apa yang bisa diharapkan dari politik dan pemerintahan kita..?? Akhirnya ucapan selamat, apresiasi yang tinggi dan dua jempol untuk partai yang tetap konsisten menjalankan fungsi kaderisasi yang berkelanjutan. Tidak tergoda sedikitpun dengan tokoh besar dan mereka yang ber-uang tanpa mau ikut proses dan mekanisme partai, apalagi mereka yang menyandang titel 'kutu loncat'. Partai yang mampu bertahan dan tetap konsisten melaksanakan fungsi dan peranannya inilah yang layak menyandang gelar kehormatan sebagai pejuang Demokrasi. Salam cinta untuk Indonesia... @rivai19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun