Jakarta -- Penyakit gagal ginjal (PGK) semakin menjadi perhatian penting dalam kesehatan masyarakat, terutama dengan meningkatnya jumlah kasus di kalangan usia muda, bahkan pada anak-anak. Ginjal memainkan peran vital dalam tubuh, yaitu menyaring limbah, mengatur keseimbangan elektrolit, dan menjaga tekanan darah. Namun, ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, berbagai komplikasi kesehatan serius dapat muncul. Sayangnya, penyakit ini kini bukan hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga semakin banyak ditemukan pada generasi muda. Fenomena ini berhubungan erat dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat yang menjadi kebiasaan sehari-hari.
Penyakit gagal ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi garam, lemak, dan gula berlebih, serta minuman manis atau berkafein, merupakan salah satu penyebab utama kerusakan ginjal. Gaya hidup kurang bergerak, obesitas, dan kebiasaan makan yang buruk dapat meningkatkan risiko berkembangnya hipertensi dan diabetes, yang pada akhirnya jika tidak ditangani dengan baik dapat merusak ginjal. Selain dari faktor gaya hidup dan pola makan, penggunaan obat-obatan tertentu tanpa pengawasan medis juga dapat memperburuk fungsi ginjal.
Gagal ginjal pada usia muda dapat menyebabkan dampak yang sangat merugikan bagi kualitas hidup penderita. Pada kasus yang lebih parah, pengidap PGK harus menjalani prosedur cuci darah secara rutin atau bahkan transplantasi ginjal. Selain itu, penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh, yang berisiko menyebabkan hipertensi, kelelahan, pembengkakan tubuh, hingga gangguan jantung. Bagi anak-anak, PGK dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan psikososial mereka, yang dapat berdampak jangka panjang. Dari segi ekonomi, pengelolaan PGK membutuhkan biaya yang sangat besar, baik untuk perawatan medis jangka panjang maupun prosedur pengobatan seperti cuci darah. Hal ini semakin memperburuk beban penderita dan keluarganya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala PGK sejak dini dan melakukan penanganan yang tepat.
Secara global, penyakit gagal ginjal menjadi masalah kesehatan yang semakin mendesak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 850 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan ginjal. Di Indonesia, jumlah penderita gagal ginjal juga semakin meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 20.000 orang Indonesia membutuhkan cuci darah setiap tahun. Meskipun kebanyakan kasus terjadi pada orang dewasa, sekitar 5% kasus PGK di Indonesia ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Pencegahan gagal ginjal sejak dini sangat penting untuk mengurangi angka kejadian penyakit ini, terutama di kalangan usia muda. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah PGK antara lain menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, seperti mengurangi konsumsi garam, gula, lemak jenuh, dan makanan olahan tinggi kalori. Mengganti minuman manis dengan air putih dan memperbanyak konsumsi buah serta sayuran juga sangat dianjurkan. Selain itu, penting untuk menerapkan gaya hidup aktif dengan berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik tidak hanya membantu menjaga berat badan tetap ideal, tetapi juga membantu mengontrol tekanan darah dan gula darah, yang keduanya merupakan faktor risiko utama gagal ginjal. Salah satu langkah preventif yang sangat penting dalam deteksi dini gagal ginjal adalah melakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin. Skrining awal ini dapat membantu mendeteksi gangguan fungsi ginjal pada tahap awal sebelum gejalanya terasa. Pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya protein atau darah dalam urin, serta tes darah untuk mengukur kadar kreatinin dan laju filtrasi glomerulus (GFR), adalah tes dasar yang sering digunakan untuk menilai fungsi ginjal.
Pendidikan mengenai kesehatan ginjal harus lebih digalakkan di tingkat sekolah dan komunitas. Masyarakat perlu lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal melalui kebiasaan hidup sehat. Pemerintah juga harus memperkuat kebijakan kesehatan, seperti mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, serta meningkatkan akses kepada layanan kesehatan yang dapat mendeteksi penyakit ginjal lebih awal. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, langkah pencegahan yang lebih baik, dan akses terhadap perawatan medis yang memadai, kita dapat mengurangi risiko gagal ginjal pada usia muda, sehingga melindungi generasi masa depan dari ancaman penyakit ini.
Sumber
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (2021). Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2021.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Tahunan Kesehatan Ginjal di Indonesia.
- Sudjana, P. (2022). Pengaruh Gaya Hidup Tidak Sehat Terhadap Risiko Gagal Ginjal pada Remaja. Jurnal Kesehatan Indonesia, 9(2), 112-119.
Sartika A - 3242101 - UAS Promkes
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI